kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Melihat Peluang Cerah di Bisnis Singkong Renyah


Kamis, 09 Oktober 2008 / 18:47 WIB
ILUSTRASI. Yuwono Triatmodjo


Reporter: Purwadi | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Siapa yang tak kenal singkong. Salah satu jenis umbi-umbian ini memang dapat dikreasikan menjadi banyak penganan lezat. Sebut saja singkong goreng, getuk, combro, misro dan banyak lagi lainnya. Dilatarbelakangi hal inilah, seorang pengusaha muda berhasil mengembangkan singkong menjadi hidangan nikmat lainnya. Antonius Dendron, namanya. Dari upayanya itu, ia mampu mengembangkan bisnis singkongnya di hampir seluruh kota di Indonesia.

Pemuda asal Jogjakarta ini kemudian merintis usaha makanan dengan menyandang merek Tela-Tela 77. Anton mengaku, kiprahnya di bisnis makanan singkong ini dikarenakan terinspirasi dari beberapa temannya yang sudah berkecimpung lebih dulu di bisnis ini. Merek dagang yang digunakannya sekarang juga hampir mirip dengan merek sang teman. Namun, karena sudah kenal akrab, hal itu bukan menjadi masalah.

Anton lantas bercerita, bisnis singkong modern tersebut ia lakoni sejak 2005 yang lalu. Pada mulanya, ia menilai, tukang gorengan yang menjajakan singkong di pinggiran jalan-jalan Jogjakarta teramat tidak kreatif. Maklum saja, bentuk dan rasa singkong goreng jualan mereka tidak berubah sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu.

"Kalau dilihat dari sisi kreatif, dagangan mereka sangat kurang karena biasa-biasa saja. Kemasannya juga menggunakan plastik kresek sehingga kurang higienis. Nah dari situ saya bersama teman-teman yang lain berpikiran untuk membuat potongan singkong itu seperti kentang goreng, sehingga memakannya juga lebih enak karena ditambahkan bumbu tabur," ujar Anton. Nah, setidaknya ada sembilan rasa bubuk tabur yang disediakan Tela-Tela 77. Sebut saja keju, jagung bakar, barbeku, pedas manis, jagung, chicken, ekstra pedas, pizza, serta pepperoni pizza.

Dulu, Anton hanya menyediakan modal awal sebesar Rp 300.000. Uang tersebut kemudian ia gunakan untuk membeli bahan baku, peralatan menggoreng serta display. Melihat tingginya animo masyarakat, Anton kemudian memberanikan diri untuk membuka gerai pertamanya pada tanggal 24 September 2005 di Ruko Babarsari Raya, Sleman.

Modal yang ia keluarkan tidak besar, sebab tempat itu merupakan milik sendiri. Usahanya mendapat tanggapan positif. Bahkan permintaan singkong buatan Tela-Tela 77 semakin hari semakin bertambah. Akhirnya, ia pun memberanikan diri membuka gerai berikutnya di depan Kampus Atmajaya, Babarsari serta gerai ketiga di Jalan Cendrawasih, Condong Catur, Jogjakarta.

Yang membuat Anton senang, banyak dari pelanggan meminta ia memitrakan Tela-Tela 77. “Itu terjadi pada pertengahan tahun 2006. Waktu itu, pelanggan sendiri yang meminta untuk bisa buka di Banjarmasin. Untuk menjadi agen, saya menetapkan biaya  sekitar Rp 5 jutaan untuk waktu 2 tahun. Setelah itu kita banyak ikut pameran waralaba dan terus berkembang sampai sekarang," paparnya sambil mengenang.

Enam bulan bisa balik modal

Dalam catatan Anton, jumlah mitra Tela-Tela 77 terus bertambah setiap bulannya. Pada akhir 2006, jumlah gerai Tela-Tela 77 mencapai 50 buah. Bahkan pada akhir 2007, jumlahnya sudah mencapai 120 buah yang tersebar di seluruh pelosok Jogjakarta, Bantul, Semarang, Solo, Sragen, Wonosobo, Purwokerto, Bekasi, Balikpapan, Samarinda, Bontang, Palangkaraya dan Banjarmasin. "Sekarang jumlah gerai kami sudah mencapai 500 buah," tambahnya.

Bagi Anda yang berminat untuk terjun ke bisnis ini, Anton menetapkan sejumlah persyaratan. Diantaranya yakni, seorang calon mitra harus menyediakan uang sebesar Rp 20 juta untuk yang berlokasi di Pulau Jawa dan Rp 30 juta bagi yang berada di luar Jawa. Dengan sejumlah dana itu, calon mitra akan mendapatkan merek, perlengkapan menggoreng, gerobak display, bahan baku, SOP dan sebagainya. Dengan harga jual per porsi Rp 3.000 sampai Rp 3.500 untuk singkong, serta Rp 3.500 sampai Rp 5.500 untuk gorengan kentang, calon mitra diharapkan bisa balik modal dalam waktu enam bulan saja.

"Tentu dengan catatan penjualan sehari mencapai Rp 350.000," ujar Anton yang mengaku bisa mendapat omzet sekitar Rp 500 juta dalam sebulan dari penjualan bahan baku dan penjualan gerai baru. Harga bahan baku seperti singkong dan kentang dijual Anton dengan harga Rp 850 per porsi serta bumbu tabur dijualnya dengan harga Rp 45.000 sampai Rp 60.000.

Mitra juga diwajibkan untuk membayar Royalty Fee 3 % dari pendapatan per bulan dari setiap gerai yang dimiliki dan membayarkan Franchise Fee sebesar Rp 1 juta dengan waktu yang disepakati bersama.

Tela-Tella 77 Indonesia
Ruko Babarsari (BBC Plaza) No 23
Babarsari, Jogjakarta
0274 7490106
08179497694

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×