kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menginap tak lagi harus di hotel


Sabtu, 23 Desember 2017 / 14:23 WIB
 Menginap tak lagi harus di hotel


Reporter: Azis Husaini, Jane Aprilyani | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejatinya, Traveloka maupun Tiket.com serta aplikasi sejenis dengan bisnis hotel adalah saling melengkapi. Industri perhotelan justru cemas dengan kehadiran home sharing.

Yakni aplikasi yang menawarkan penginapan bukan lagi ke hotel, melainkan ke vila, rumah warga maupun apartemen. Salah satunya adalah dengan kehadiran aplikasi Airbnb di Indonesia.

Namun, konsumen kini adalah raja diraja. Sulit membendung model bisnis Airbnb ini. Robin Kwok, Country Manager Airbnb for Southeast Asia, Hong Kong and Taiwan mengatakan, konsep perjalanan wisata orang di dunia sudah berubah. "Airbnb ingin membantu traveler menemukan pengalaman unik itu," kata dia, beberapa waktu lalu.

Ia mengklaim, Airbnb sedang mendemokrasikan perjalanan para traveler. Secara global, 74% daftar Airbnb berada di luar distrik hotel utama. Saat ini, wisatawan Indonesia melakukan 470.000 perjalanan keluar selama setahun terakhir, meningkat 134% dari tahun sebelumnya. "Orang Indonesia kebanyakan menggunakan Airbnb untuk menjelajahi kawasan Asia Pasifik, Tokyo, Osaka, Singapura, Seoul, Melbourne dan Kyoto," ungkap dia.

Selain Bali sebagai destinasi populer berwisata, masyarakat Indonesia juga menggunakan Airbnb untuk bepergian lebih jauh, termasuk ke London dan Los Angeles. Airbnb melihat, orang Indonesia kini sedang menjelajahi konsep home sharing ini. "Usia rata-rata seorang wisatawan dari Indonesia 31 tahun," kata dia.

Airbnb memiliki 40.600 daftar akomodasi di Indonesia dan bertambah dua kali lipat setiap tahun. Di Bali, misalnya, Airbnb memiliki daftar yang sesuai keinginan setiap wisatawan. Misalnya menginap di rumah tradisional joglo yang menghadap sawah khusus wisatawan yang sedang mencari jati diri.

Sementara menurut Herliansyah Rahadian, Sekretaris Perusahaan PT Anugerah Kagum Karya Utama Tbk, keberadaan Airbnb merugikan perhotelan. Hotel membayar 21% pajak, sedangkan Airbnb atau pemilik rumah yang disewa tidak membayar pajak. "Mungkin lebih murah, tapi risiko ditanggung pemesan. Kalau di hotel lebih aman," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×