kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45910,80   -12,69   -1.37%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Neraca dagang pertanian Indonesia-China surplus US$ 2,26 miliar berkat sawit


Rabu, 12 Desember 2018 / 19:46 WIB
Neraca dagang pertanian Indonesia-China surplus US$ 2,26 miliar berkat sawit
ILUSTRASI. Panen kelapa sawit


Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Neraca perdagangan pertanian antara Indonesia – China pada tahun 2018 hingga saat ini tercatat surplus senilai US$ 2,26 miliar. Adapun Kelapa sawit masih menjadi andalan, yang mana ekspornya tercatat sebanyak 3,93 juta ton kelapa sawit senilai US$ 2,69 miliar.

“Surplusnya neraca perdagangan kita dengan China membuktikan bahwa perdagangan kita masih unggul dibandingkan China dari segi pertanian. Jadi tidak benar kalau ada yang menyebutkan bahwa produk pertanian China membanjiri pasar kita. Justru sebaliknya, produk pertanian kita yang membanjiri pasar mereka,” sebut Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian (Kementan) Kuntoro Boga Andri saat dimintai keterangan, Rabu (12/12).

Pada tahun ini, nilai ekspor pertanian Indonesia ke China mencapai US$ 4,02 miliar, meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan transaksi ekspor tahun lalu senilai US$ 2,06 miliar. Lima produk pertanian yang menjadi andalan ekspor adalah kelapa sawit, karet, kelapa, produk hewan, dan kakao.

Ke depannya, Boga meyakini banyak peluang bagi Indonesia meningkatkan ekspor pertanian ke China. Sejumlah komoditas hortikultura dan perkebunan masih mengalami hambatan, seperti pengenaan bea masuk yang masih tinggi, serta standar sanitary and phytosanitary (SPS) yang sulit dipenuhi oleh petani Indonesia.

Pembaruan Memorandum of Understanding (MoU), menurut Boga sangat penting sebagai payung pengembangan kerja sama bidang pertanian kedua negara ke depan. Potensi pemanfaatan MoU bagi Indonesia adalah memobilisasi dukungan China bagi pengembangan sektor pertanian, khususnya dukungan penyediaan benih dan teknologi budidaya serta pasca panen untuk pengembangan komoditas bawang putih.

“Kita juga membutuhkan MoU yang dapat meningkatkan dukungan investasi, khususnya untuk infrastruktur fisik, seperti irigasi, alsintan, dan pengembangan sektor hilir, serta investasi untuk sektor perbenihan, perkebunan tebu, dan industri gula,” tutup Boga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×