kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasca divestasi Freeport Indonesia, ini yang bisa dimanfaatkan holding tambang BUMN


Minggu, 23 Desember 2018 / 20:39 WIB
Pasca divestasi Freeport Indonesia, ini yang bisa dimanfaatkan holding tambang BUMN
ILUSTRASI. PENYERAHAN IUPK FREEPORT


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Proses divestasi 51,23% saham PT Freeport Indonesia (PTFI) oleh PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) telah rampung pada Jumat (21/12) lalu. Namun, tugas Inalum belum kelar. Setelah membayar biaya divestasi sebesar US$ 3,85 miliar, kini holding industri pertambangan BUMN ini dituntut untuk memaksimalkan manfaat yang bisa didapat pasca menggenggam mayoritas saham PTFI.

Pengamat Ekonomi Energi dari Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi mengatakan, menjadi pemegang mayoritas saham PTFI sangat potensial. Pasalnya, dengan Earning After Tax (EAT) yang dibukukan PTFI rata-rata sebesar US$ 2,8 miliar per tahun, maka deviden yang bisa diterima mencapai sebesar US$ 1,4 miliar per tahun.

Sehingga, lanjut Fahmy, pay back period (waktu pengembalian dana) divestasi 51% saham Freeport sebesar US$ 3,8 miliar, akan kembali dalam waktu tiga tahun. “Setelah itu, Indonesia akan memperoleh pendapatan utuh sekitar US$ 1,4 miliar, yang 10% dibagikan kepada Pemerintah Daerah Papua, masih ditambah pendapatan dari royalty dan pajak,” katanya kepada Kontan.co.id, Minggu (23/12).

Namun Fahmy juga menekankan pentingnya mengambil manfaat bagi anggota holding pertambangan lainnya, yakni PT Bukit Asam Tbk, PT Timah Tbk, dan PT Aneka Tambang Tbk (Antam). Khususnya bagi Antam dan PT Timah, dimana keduanya berkecimpung di sektor pertambangan mineral.

Oleh karena itu, menurut Fahmy, sebagai holding pertambangan BUMN, Inalum wajib memiliki strategi agar ada sinergi antara PTFI dan anggota holding lainnya. Inalum dirasa perlu untuk menyusun roadmap yang jelas, supaya manfaatnya bisa lebih tertata dan terasa, baik dalam pengelolaan tambang, pengolahan hasil tambang (smelter), pemasaran, hingga nantinya berdampak positif pada kinerja keuangan.

“Antam dan Timah, bisa ikut bangun smelter untuk mengolah dan memurnikan konsentrat menjadi emas batangan, perak dan tembaga. Termasuk melakukan penjualan produk hasil olahan. Tapi tetap dengan prinsip kerjasama bisnis yang mutual benefit,” jelas Fahmy.

Mesti tak menerangkan secara detail, namun Head of Corporate Communication Inalum Rendi A. Witular memastikan bahwa akan ada sinergi dan pembagian manfaat antara Inalum, PTFI, dan juga anggota holding. “Pasti ada manfaat dan sinerginya. Berbagi ilmu dan teknologi, misalnya,” kata Rendy.

Lebih lanjut, Sekretaris Perusahaan PT Timah Tbk Amin Haris mengatakan bahwa kerjasama strategis dalam pengelolaan hasil tambang akan terjadi di bidang pemasaran. Meski Amin bilang, manfaat yang lebih terasa adalah secara holding, terutama saat ada konsolidasi laporan keuangan.

“Dampak secara langsung ke PT Timah saat ini belum ada. Tapi intinya ke depan akan positif bagi holding dan anggota holding,” ungkapnya.

Sebagaimana yang diberitakan Kontan.co.id sebelumnya, PT Antam telah lebih dulu melihat peluang dibalik tergenggamnya mayoritas saham PTFI oleh Inalum ini. "Potensi yang bisa disinergikan adalah, pengolahan lumpur anoda," ujar Direktur Utama Antam Arie Prabowo Ariotedjo.

Lumpur anoda atau anoda slime merupakan material sisa pemurnian tembaga, dimana Antam mampu menyulap lumpur ini menjadi emas batangan. Antam sebelumnya pernah mengajak Freeport membangun smelter pada 2016, dan Antam mengejar porsi kepemilikan 40%.

Namun, rencana itu sirna sebab tidak ada kesepakatan harga diantara kedua belah pihak. Dengan separuh lebih saham dimiliki oleh Indonesia, kini bukan tak mungkin, kinerja Antam bisa semakin berkilau jika Inalum mampu menyinergikan PTFI, Antam, dan anggota holding lainnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×