Reporter: Fitri Nur Arifenie |
SINGAPURA. Kenaikan harga minyak mampu mengerek nilai transaksi perdagangan PT Pertamina Energy Trading Ltd (Petral). Tahun lalu, Petral mampu menghimpun nilai transaksi hingga sebesar US$ 32 miliar.
Menurut Presiden Direktur Petral, Nawazir, nilai ini melesat 28% dari transaksi perdagangan minyak mentah dan produk bahan bakar minyak (BBM) Petral pada 2010 yang sebesar US$ 25 miliar. "Kenaikan nilai transaksi perdagangan itu karena kenaikkan harga minyak," kata Nawazir, Kamis (23/2).
Memang, pada 2010 lalu, harga rata-rata minyak mentah hanya sebesar US$ 80-US$ 90 per barel. Pada 2011, harga ini naik 25,5%-41,25%, atau berada di kisaran US$ 113 per barel.
Berdasarkan catatan Petral, volume perdagangan minyak dan produk BBM pada 2010 menyentuh 700.746 barrel oil per day (BOPD). Pada 2011, volume ini naik 4,1% menjadi 729.909 BOPD.
Sebagai anak usaha PT Pertamina (Persero), Petral memang yang mengurus bisnis impor BBM dan minyak mentah. Sebagai perusahaan trading, kata Nawazir, Pertamina juga mendapatkan fee trading sebesar US$ 0,10 sampai US$ 0,12 per barel. "Fee trading kami kecil, tidak boleh lebih dari yang ditentukan induk perusahaan. Itulah sebabnya, tahun lalu laba kami sekitar US$ 47 juta," jelas Nawazir.
Melalui tender
Vice President Integrated Supply Chain Pertamina, Taryono menambahkan, dalam membeli minyak dan BBM, Petral melakukan tender untuk memenuhi kebutuhan tiga bulan berikutnya. "Kalau hari ini kami tender itu berarti untuk kebutuhan Mei," jelas Taryono.
Selain tender, Petral juga membeli BBM langsung di pasar spot. Pertamina sebenarnya juga bisa membeli BBM di pasar spot jika kilang sedang dalam perawatan.
Tender pembelian bensin premium ini biasanya diikuti oleh 28 perusahaan trader maupun perusahaan minyak besar alias major oil company (MOC). Saban bulan, Petral membeli bensin Premium lebih dari 8 juta barel.
Pemasok yang sering memenangkan tender Premium antara lain Arcadia Group Ltd, Total SA, Glencore International Plc, Vitol Holding BV, Concord Oil Co Inc, Verita Oil Inc, dan Gunvor Group Ltd. Selain itu ada PPT Public Ltd, Kernel Oil Pte Ltd, British Petroleum Plc, Unipec Inc, PetroChina Co Ltd, Petroliam Nasional Bhd (Petronas), Royal Dutch Shell Plc, Trafigura AG, SK & Co Ltd, dan ConocoPhillips Inc.
Pengadaan Solar dari pasar spot juga dilakukan dengan tender terbuka yang diikuti 30 perusahaan. Sedangkan untuk pengadaan solar jangka panjang, Pertamina telah menunjuk empat perusahaan minyak, yaitu Kuwait Petroleum Co, Petronas, PTT, dan S-Oil Corp milik Saudi Arabian Oil Co (Saudi Aramco).
Pertamina menunjuk empat perusahaan minyak lantaran memiliki kilang minyak sendiri yang memproduksi solar. Penunjukan keempat perusahaan tersebut untuk mencegah para trader Singapura menimbun dan berspekulasi atas harga yang merugikan Pertamina serta mencegah praktik penyelundupan solar bersubsidi ke Singapura. Lagipula, "Harga melalui pembelian jangka panjang juga lebih murah daripada pembelian spot," tukas Nawazir.
Syarat tender
Untuk mencukupi kebutuhan minyak mentah maupun bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri, Petral mengklaim melakukan tender secara terbuka. Umumnya tender ini diikuti oleh 55 perusahaan. Presiden Direktur Petral, Nawazir mengatakan, perusahaan yang mengikuti tender merupakan badan usaha yang telah memenuhi kriteria sebagai Daftar Mitra Usaha Terseleksi (DMUT) Petral. Kriteria ini dirancang demi menghindari gagal suplai yang akan menyebabkan krisis BBM di Indonesia.
"Petral membeli minyak mentah dari Nigeria, Asia, Australia, dan juga negara-negara eks Rusia," katanya. Untuk mengikuti tender, Petral membuka kesempatan bagi setiap perusahaan yang berminat, asalkan dapat memenuhi persyaratan.
Persyaratan itu misalnya, peserta tender harus perusahaan tercatat di bursa global atau mayoritas sahamnya dimiliki perusahaan yang bergerak di bidang BBM, LNG, atau petrokimia. Peserta tender juga harus memiliki aset pendukung seperti kilang, storage, pencampur. Atau bisa juga mitra potensial yang mengantongi minimal satu tahun kontrak fasilitas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News