Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Industri pelayaran nasional yaitu Indonesian National Shipowners Association (INSA) optimistis melihat prospek bisnis tahun depan. Kinerja sebagian besar sektor diyakini akan cerah, kendati terdapat sektor yang belum menunjukkan tren pertumbuhan signfikan pada 2018.
Ketua Umum DPP INSA Carmelita Hartoto memperkirakan, industri pelayaran nasional tidak banyak mengalami pertumbuhan signifikan pada angkutan domestik jika dilihat dari asumsi ekonomi makro yang tumbuh moderat tahun depan. Namun, beberapa sektor pelayaran nasional yang melayani kegiatan ekspor impor diyakini akan mengalami pertumbuhan bertahap pada awal kuartal kedua tahun depan.
Pertumbuhan pelayanan ekspor impor itu sejalan dengan membaiknya harga komoditas seperti batubara dan juga crude palm oil (CPO) global beberapa waktu belakangan ini. Selain itu, perbaikan ini juga merupakan dampak positif dari Paket Kebijakan Ekonomi XV terkait Daya Saing Penyedia Jasa Logistik Nasional dan Permendag No. 82/2017 tentang Ketentuan Penggunaan Angkutan Laut dan Asuransi Nasional untuk Ekspor dan Impor Barang Tertentu.
Permendag yang mewajibkan ekspor impor menggunakan kapal yang penguasaannya di bawah perusahaan angkutan laut nasional itu untuk komoditas batubara, CPO dan beras diyakini akan menekan defisit neraca perdagangan jasa Indonesia.
"Kinerja pelayaran nasional diprediksi akan tumbuh bertahap terutama pada sektor angkutan curah, tongkang atau tug and barge, dan kargo kontainer,” kata Carmelita dalam keterangan resminya, Jumat (22/12).
Kebutuhan kapal tongkang untuk angkutan curah domestik saat ini cukup tinggi karena gencarnya pembangunan infrastruktur yang dilakukan pemerintah. Banyak kapal tongkang yang melayani pengangkutan material infrastruktur, seperti semen, batu dan pasir untuk pembangunan infrastruktur di wilayah timur Indonesia.
Rencana beroperasinya beberapa pembangkit listrik di tahun 2018, lanjutnya, tentu akan menambah volume angkutan laut domestik, baik untuk kapal curah maupun kapal tongkang. "Diharapkan kondisi angkutan laut di sektor angkutan curah domestik mengalami pertumbuhan." kata Darmansyah Tanamas, Wakil Ketua Umum III DPP INSA.
Terbitnya PM No 82 Tahun 2017 merupakan tantangan sekaligus peluang bagi pelayaran nasional, karena dalam tenggang waktu 6 bulan, pelayaran nasional harus menyediakan angkutan laut batubara sesuai yang dibutuhkan oleh pelaku usaha di sektor tambang batubara. Sedangkan peluangnya adalah memberdayakan pelayaran nasional melalui meningkatnya volume cargo yang diangkut dan menjadikan Merah Putih mendunia.
"Dengan komitmen dan konsistensi secara bersama-sama dari seluruh stake holders terkait, maka kondisi pelayaran nasional khususnya untuk angkutan ekspor batubara akan mengalami pertumbuhan yang signifikan di 2018." kata Darmansyah.
Sedangkan sektor angkutan kontainer domestik dinilai masih stabil. Volume kargo nasional diyakini tumbuh 10%-20% dari tahun ke tahun. Pertumbuhan kargo yang relatif stagnan dalam beberapa tahun terakhir masih lebih lamban ketimbang pertumbuhan jumlah ruang muat kapal.
"Akibatnya, persaingan angkutan laut sektor kontainer kian ketat kendati masih pada level persaingan sehat dan belum mendorong pelaku usaha melakukan konsolidasi kontainer, seperti yang terjadi di pelayaran kontainer luar negeri," kata Witono Soeprapto, Wakil Ketua Umum I DPP INSA
Hal serupa terjadi pada angkutan angkutan kargo domestik yang masih stabil. Sektor pelayaran ini sangat bergantung pada permintaan masyarakat, pertumbuhan ekonomi nasional, dan konsistensi pemerintah menggenjot pembangunan infrastrutktur nasional.
INSA mengapresiasi pemerintah yang telah melibatkan pelayaran swasta nasional dalam Program Tol Laut pada 2017. INSA juga mengusulkan optimalisasi sinergi antara pelayaran BUMN dan swasta nasional dengan pemanfaatan ruang muat pelayaran swasta nasional.
Pemanfaatan space liner ini untuk kapal swasta nasional yang sudah rutin melakukan pelayanan di wilayah timur Indonesia berkonsep pengumpul dan pengumpan. Selain itu, kapal-kapal tol laut milik BUMN tidak perlu mengambil muatan bahan pokok dari origin port seperti Tanjung Priok dan Tanjung Perak. “Semoga usulan ini bisa diterima pemerintah, karena ini akan menghemat anggaran pemerintah.” kata Witono.
Lebih lanjut, INSA menyambut positif program penyebrangan jarak jauh atau (Long Distance Ferry/LDF) lintas Jakarta-Surabaya khusus truk rute Jakarta-Surabaya yang resmi dimulai pada Desember 2017.Ini dioperasikan dua kapal yakni KMP Ferrindo 5 milik ASDP dan KM Roro Prayasti PT Jagat Zamrud Khatulistiwa.
LDF dengan kapal Roro tersebut membawa dampak positif diantaranya mengurangi beban, kemacetan dan kerusakan jalan di Jalur Pantura, serta mengurangi penggunaan BBM per unit barang yang diangkut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News