kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.528.000   8.000   0,53%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

Ada mafia di balik harga beras tinggi


Selasa, 24 Februari 2015 / 06:10 WIB
Ada mafia di balik harga beras tinggi
ILUSTRASI. Sukuk Negara Ritel seri SR019.


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Kenaikan harga beras kian meresahkan. Jika sebelumnya, kenaikan harga beras hanya terjadi di wilayah Jakarta dan sekitarnya, sejak pekan lalu, kenaikan harga beras mulai merembet ke sejumlah daerah. 

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan (Kemdag), harga beras jenis medium di wilayah Jakarta dan sekitarnya di kisaran Rp 10.600 per kilogram (kg). Di tingkat nasional, harga sudah mencapai Rp 9.838 per kg. 

Khusus di Jakarta, harga beras di tangan konsumen bisa lebih tinggi lagi. Di Pasar Induk Kramatjati, harga jual beras medium menyentuh Rp 12.000 per kg. 

Salah satu faktor penyebab harga tinggi adalah pasokan yang terganggu akibat panen yang belum maksimal di awal tahun. Sebagai contoh, Januari lalu, produksi beras hanya 600.000 ton dari kebutuhan setiap bulan sekitar 2,5 juta sampai 3 juta ton.

Tapi, Rachmat Gobel, Menteri Perdagangan mengendus ada masalah dalam distribusi beras. Para pedagang nakal sengaja menimbun beras atau mengoplos beras milik Badan Urusan Logistik (Bulog) dengan beras merek lain, serta menjualnya dengan harga lebih tinggi. Maklum, selama ini, 80% distribusi beras Bulog dikucurkan ke pedagang di Pasar Induk Cipinang. 

Lantaran itu pula, sejak awal Februari lalu, Bulog menghentikan pasokan beras ke pasar Induk Cipinang. Aneh bin ajaib, masih ada beras Bulog sebanyak 1.800 ton masuk ke Pasar Cipinang yang dikirim orang pribadi. 

Dengan fakta itu, Rachmat melihat ada permainan di balik kenaikan harga beras. Saat operasi pasar 18 Februari 2015 lalu di Kawasan Cakung, Bulog menemukan beras oplosan yang ditimbun di gudang milik salah satu pedagang besar. "Saya sudah memberikan peringatan keras ke pedagang ini," ujarnya, Senin (23/2). 

Tanpa menyebut detail siapa saja para pelaku mafia beras, Rachmat menuding, tujuan akhir mafia itu adalah memaksa pemerintah membuka kran impor beras agar harga bera turun. Pasalnya, pemerintah konsisten  bahwa stok beras aman sehingga impor tak diperlukan.

Salah seorang pedagang beras di Pasar Induk Beras Cipinang yang enggan diungkap identitasnya membenarkan, ada peran mafia beras yang menyebabkan harga beras tinggi. Bahkan, tindakan ini sudah masif. Beberapa oknum pedagang di pasar itu mencampur beras Bulog, lalu menjualnya dengan harga lebih tinggi. 

Aksi ini terjadi karena selama ini, Bulog hanya menyalurkan beras lewat PT Food Station Tjipinang Jaya. "Permainan harga beras sudah seperti kartel karena dilakukan oleh banyak pemain dengan modus serupa," ujarnya kepada KONTAN. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×