kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Ada Persoalan Pupuk, Gapki: Produksi CPO 2023 Bisa Turun Tipis Jadi 51 Juta


Minggu, 11 Desember 2022 / 23:33 WIB
Ada Persoalan Pupuk, Gapki: Produksi CPO 2023 Bisa Turun Tipis Jadi 51 Juta
ILUSTRASI. CPO: Foto udara kendaraan melintas di areal perkebunan sawit milik salah satu perusahaan di Pangkalan Banteng, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah,


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produksi minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) dalam negeri di tahun 2023 berpotensi menurun. Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono memperkirakan, produksi CPO dalam negeri tahun depan bakal terganggu oleh persoalan pupuk.

“Dari segi produksi juga akan sedikit terganggu dengan mahalnya dan sulitnya pupuk akan mengakibatkan pekebun utamanya petani akan mengurangi penggunaan pupuk, hal ini akan mengganggu produksi,” ujar Eddy kepada Kontan.co.id, Minggu (11/12).

Dengan adanya tantangan tersebut, Eddy memperkirakan bahwa angka produksi CPO di tahun 2023 bakal berkisar 51 juta - 52 juta ton. Angka tersebut lebih rendah dibanding proyeksi produksi CPO tahun ini yang menurut perkiraan Eddy bisa mencapai 52-53 juta ton.

Baca Juga: Harga Komoditas Menukik, Prospek Saham Konsumer Masih Ciamik

Di lain pihak, Eddy juga memperkirakan bahwa kondisi ekonomi global di tahun 2023 masih rentan dipengaruhi oleh perang Rusia-Ukraina yang diperkirakan belum selesai tahun depan. Walhasil, menurut Eddy, permintaan CPO tahun depan bisa saja melemah.

Meski begitu, ia juga melihat adanya peluang pasar seturut gangguan pada produk minyak nabati lain seperti minyak bunga matahari.

“Dengan masih terjadinya perang produksi minyak nabati lain utamanya produksi minyak bunga matahari terganggu, ini bisa memberikan peluang minyak sawit menggantikan minyak bunga matahari,” kata Eddy.

Meski begitu, sejumlah pelaku industri CPO optimistis bisa mencatatkan kenaikan produksi di tahun 2023. Direktur PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) Jenti Widjaja mengatakan, area terbesar perkebunan di Kalimantan Timur yang sebelumnya mencatatkan penurunan produksi tajam akibat El Nino 2019, sudah berangsur normal sejak kuartal III 2022.

Ia pun memperkirakan, produksi CPO perusahaan tahun depan bisa bertumbuh 10% dibanding tahun ini.

“Salah satu upaya adalah dengan meningkatkan produktivitas dan mengupayakan cost efisiensi melalui inovasi teknologi, pemanfaatan energi terbarukan sebagai pengganti atau pengurangan bahan bakar fosil, dan lain-lain,” tutur Jenti kepada Kontan.co.id.

Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham Sejumlah Emiten Komoditas Berikut Ini

Menyoal prospek harga, Jenti memperkirakan bahwa harga CPO akan bertahan di level saat ini hingga kuartal I 2023, lalu kemudian berpotensi turun seiring penambahan produksi di industri sawit.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×