kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Ada Rusia di Blok Tuna, Harbour Energy Kena Sanksi Uni Eropa dan Inggris


Minggu, 19 Maret 2023 / 12:46 WIB
Ada Rusia di Blok Tuna, Harbour Energy Kena Sanksi Uni Eropa dan Inggris
ILUSTRASI. Pengembangan Blok Tuna yang berada di Pulau Natuna belum bisa berjalan. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/POOL/nym.


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengembangan Blok Tuna yang berada di Pulau Natuna belum bisa berjalan. Premier Oil Tuna BV, anak usaha Harbour Energy Group selaku operator terkena sanksi Uni Eropa dan Inggris karena bermitra dengan perusahaan asal Rusia, Zarubezhneft. Sanksi ini merupakan respon invasi Rusia ke Ukraina sejak awal tahun lalu. 

Asal tahu saja,  Zarubezhneft mengempit 50% hak partisipasi pada proyek Lapangan Tuna, adapun 50% dimiliki oleh Harbour Energy. 

Di dalam laporan tahunan 2022 Harbour Energy menyampaikan, setelah Pemerintah Indonesia menyetujui rencana pengembangan lapangan Tuna di Desember lalu, pihaknya belum bisa menyampaikan kemajuan atas pengembangan blok ini. 

Baca Juga: Lewat Blok Tuna, Indonesia Akan Ekspor Gas ke Vietnam

“Kemajuan lebih lanjut dipengaruhi oleh sanksi Uni Eropa dan Inggris yang membatasi kemampuan kami sebagai operator untuk menyediakan layanan tertentu kepada mitra Rusia kami dalam lisensi Tuna. Kami bekerja dengan mitra kami untuk mencapai solusi yang memungkinkan kami untuk memajukan proyek pada tahun 2023,” ujarnya dalam laporan tahunan tersebut. 

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif angkat bicara mengenai persoalan ini. Dia menegaskan bahwa proyek lapangan Tuna akan terus berjalan. Bahkan tidak menutup kemungkinan jika harus dicarikan mitra baru. 

“Ya kalau di sini kan operatornya ada dari non Rusia, jadi akan jalan terus. Nanti kalau memang harus mencari partnership baru kami akan dorong itu karena progres bagus,” jelasnya saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jumat (17/3). 

Dia menyatakan, jangan sampai proyek yang perkembangan dan prospeknya bagus seperti Lapangan Tuna ini harus berhenti. “Kalau progres bagus masa kita stop? Ya kita cariin aja,” tandasnya. 

Baca Juga: Ada Kabar, Blok East Natuna Diminati Rusia

Sebelumnya, sempat ada rencana Indonesia akan melaksanakan ekspor gas bumi ke Vietnam melalui Blok Tuna. Meski belum bisa memerinci berapa besar volume gas yang akan diekspor, Arifin memberikan gambaran, potensi gas yang bisa dihasilkan di Blok Tuna sebesar 100 Million Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD) hingga 150 MMSCFD. 

“Kita targetnya 2026 sudah bisa diekspor menggunakan pipa gas,” terangnya. 

 
 
 
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×