Reporter: Azis Husaini | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Adaro Energy Tbk (ADRO) melalui anak usahanya PT Adaro Power akan fokus untuk mengembangkan bisnis energi baru dan terbarukan (EBT). Dari pembangkit surya, bayu, air sampai dengan pengolahan sampah terpadu untuk menjadi listrik.
Presiden Direktur PT Adaro Power Dharma Djojonegoro mengungkapkan, Adaro Power akan fokus ke bisnis energi baru terbarukan (EBT) dan pihaknya sudah merasa cukup mengembangkan PLTU yang total kapasitasnya mencapai 2.260 MW.
Fokus ke EBT dibuktikan Adaro Power dengan mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya terapung di Kelanis, wilayah operasional Adaro Energy. "Kapasitasnya sekitar 400 kWp. Kedepan kita terus kembangkan lagi proyek PLTS," ungkap dia ke KONTAN, Rabu (28/10).
Kata Dharma nantinya dalam mengembangkan bisnis EBT pihaknya akan menggandeng patner strategi untuk kebutuhan dana dan teknologi. Patnership ini untuk mengambil peluang porsi proyek EBT di dalam RUPTL 2021-2030 yang mencapai 51,6%. "Kami memang sedang ngebut, terus terang saja. Sudah menunggu 2 tahun RUPTL ini hadir," ungkap Dharma.
Ia mengatakan, saat ini proyek EBT yang sedang berkembang adalah PLTS. Sehingga perusahaan akan ikut mengembangkan PLTS di beberapa lokasi.
Dharma mengatakan, tantangan terbesar mengembangkan PLTS adalah ketersediaan lahan yang luas. "Untuk setiap 1 MW dibutuhkan lahan 1 hektare. Jadi kalau mau mengembangkan 2.000 MW dibutuhkan 2.000 ha. Pihaknya juga sedang melakukan mapping untuk mengembangkan PLTS," urai Dharma.
Selain ketersedaian lahan, kebutuhan atau demand listrik di lokasi yang dibangun PLTS juga harus tinggi. Meski banyak tantangan di EBT, Dharma akan terus ikut tender sebanyak-banyaknya untuk proyek EBT.
Saat ini saja Adaro Power sedang mengikuti tender waste to energy alias Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di Legok Nangka Jawa Barat. "Sudah pra kualifikasi, yang lolos konsorsium Adaro Power dan Sumitomo. Jadi kami siap," ujar dia.
Dharma menyatakan, pihaknya dalam tender kali ini menggandeng patner Itochu dan JDF Suez. "Dari 9 konsorsium yang lolos 2 konsorsium. Saya gak bisa bilang menang atau kalah," terang dia.
Adapun proyek Tempat Pembuangan dan Pengolahan Akhir Sampah (TPPAS) Legok Nangka sudah selesai dibangun. Nantinya TPPAS itui melayani 6 Kota/Kabupaten, yaitu Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Cimahi, Sumedang, dan Garut.
TPPAS ini direncanakan akan menggunakan teknologi thermal yang menghasilkan listrik. Luas TPPAS seluas 90 ha dengan kapasitas sampah 2.000 per hari. Listrik yang dihasilkan 20-30 MW dengan investasi Rp 4 triliun. Nanti listriknya akan dijual ke PLN dengan proyeksi operasi 2023.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News