Reporter: Herlina KD | Editor: Herlina Kartika Dewi
JAKARTA. Rencana produsen air minum dalam kemasan (AMDK) PT Akasha Wira International Tbk untuk mengaktifkan kembali pabrik air minumnya di Jawa Timur berjalan mulus. Jika tak ada aral melintang, awal tahun depan, pabrik yang berlokasi di Sengon, Jawa Timur, ini siap beroperasi.
Direktur Utama PT Akasha Wira International Tbk. Martin Jimi mengungkapkan, saat ini, perusahaan tengah melakukan instalasi mesin baru di pabrik Jawa Timur. Asal tahu saja, perusahaan ini telah menggelontorkan dana investasi sebesar US$ 6 juta untuk membeli mesin baru ini.
Rencananya, bulan depan, perusahaan berkode emiten ADES ini akan mulai melakukan commisioning atawa uji coba pengoperasian mesin baru. Harapannya: "Pada sekitar Januari atau Februari 2014 nanti, pabrik di Jawa Timur bisa mulai beroperasi secara komersial," ujar Martin kepada KONTAN, Selasa (29/10).
Martin menambahkan, kapasitas pabrik air minum ADES sama dengan kapasitas pabrik perusahaan yang ada di Cibinong, Jawa Barat. Namun, ia enggan membeberkan kapasitas produksi pabrik air minum milik perusahaan. Yang jelas, Martin bilang, jika pabrik di Jawa Timur telah beroperasi, kapasitas produksi AMDK perusahaan akan meningkat dua kali lipat.
Meski kapasitas produksi AMDK milik perusahaan bertambah, namun Martin bilang, kenaikan kapasitas produksi ini tidak akan menambah porsi kontribusi pendapatan perusahaan dari lini bisnis air minum. Pasalnya, "Kami lebih fokus meningkatkan volume bisnis. Apalagi market share kami di bisnis AMDK masih sangat kecil," jelasnya.
Sebagai gambaran, saat ini, sekitar 40% dari total pangsa pasar minuman dalam kemasan masih dikuasai PT Tirta Investama Tbk dengan merek Aqua. Tahun ini, ADES menargetkan kontribusi pendapatan dari lini bisnis AMDK sebesar 40%, sedangkan 60% sisanya dari lini bisnis kosmetik melalui penjualan produk Makarizo dan Procter & Gamble (P&G).
Catatan saja, sesuai perjanjian distribusi pada 24 Agustus 2012 antara ADES dan P&G, PT Akasha Wira International Tbk ditunjuk oleh P&G sebagai subdistributor untuk periode sampai diperolehnya perizinan untuk mengimpor produk tertentu dari P&G. Setelah izin turun, ADES ditunjuk sebagai distributor di hingga 20 juni 2015.
Sayangnya, Martin enggan membeberkan target pendapatan tahun ini. Yang jelas, ia masih optimistis ADES mampu mencatatkan pertumbuhan positif tahun ini. Sebagai gambaran, tahun 2012 lalu, penjualan bersih ADES mencapai Rp 476,63 miliar, naik 59,19% dari tahun 2011.
Sampai semester I-2013, ADES mencatatkan penjualan bersih Rp 250,49 miliar, naik 13,4% ketimbang periode yang sama tahun lalu. Rinciannya, pendapatan dari lini bisnis kosmetik Rp 141,15 miliar, dari bisnis AMDK Rp 109,33 miliar, dan sisanya Rp 6 miliar dari penyewaan dispenser.
Semester I-2013, perusahaan ini mencetak laba bersih Rp 31,98 miliar, turun 5% ketimbang periode yang sama tahun lalu. Penurunan laba bersih ADES disebabkan beban pokok penjualan yang meningkat 13,3% dari semester I-2012 menjadi Rp 111,09 miliar pada semester I-2013 lantaran kenaikan beberapa pos biaya, seperti upah buruh, harga energi dan bahan baku kemasan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News