Reporter: Gentur Putro Jati | Editor: Test Test
JAKARTA. Belakangan, pengguna broadband terus menanjak. Tak heran, GSM Association memperkirakan pada akhir 2009 jumlah sambungan broadband high speed packet access (HSPA) akan mencapai 190 juta di seluruh dunia. Sebagai perbandingan, sampai akhir tahun lalu, jumlah sambungannya mencapai 167,5 juta.
Senior Director of Services GSMA Jaikishan Rajaraman menyatakan, sejumlah benua yang berkontribusi besar terhadap penggunaan mobile broadband HSPA adalah Asia Pasifik sebanyak 56,2 juta sambungan, Eropa Barat 50 juta sambungan, serta Amerika Serikat dan Kanada masing-masing sebanyak 36 juta sambungan.
"Setiap bulan ada penambahan sembilan juta lebih sambungan baru mobile broadband HSPA di seluruh dunia, dibandingkan yang terjadi tahun lalu sekitar 5,5 juta per bulan. Wilayah Eropa dan Asia Pasifik diperkirakan akan menambah 3 juta sambungan baru per bulan dan 1,3 juta untuk Amerika Utara," kata Jaikishan, Rabu (11/11).
Peningkatan jumlah sambungan tersebut, menurut Jaikishan, ditunjang oleh tingginya penggunaan dan penjualan smartphone, netbook, dan notebook saat ini. Karena melalui peralatan inilah, para pengguna mengirimkan data melalui sambungan internet.
"Kalau kita melihat perkembangannya, pada 2005 lalu mobile broadband tidak digunakan sama sekali. Kebanyakan pengguna memilih fixed line. Sejak tahun lalu yang terjadi justru sebaliknya, di mana mobile broadband justru mengambil alih dominasi fixed line," tambah Jaikishan.
Dalam catatan Jaikishan, saat ini terdapat 321 jaringan HSPA di 120 negara. Sebanyak 285 jaringan di antaranya sudah digunakan secara komersial, yang mendukung lebih dari 167,5 juta sambungan.
Ketua Umum Masyarakat Telematika (Mastel) Setyanto P. Santosa mencatat, Indonesia memiliki 170,5 juta pengguna
telekomunikasi. Sebanyak 30,05 juta di antaranya menggunakan saluran fixed line. Sementara pengguna telepon seluler ada sebanyak 140,5 juta, dengan 30 juta di antaranya menggunakannya sebagai akses internet.
"Tapi kita menghadapi berbagai kendala dalam menggunakannya, seperti penggunaan trafik yang berlebihan sehingga koneksi melemah. Hal ini terjadi karena rendahnya pengembangan wire line broadband di Indonesia," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News