kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Akibat pandemi, anak usaha Mahaka Media sebut permintaan media iklan ruang luar turun


Senin, 23 November 2020 / 19:44 WIB
Akibat pandemi, anak usaha Mahaka Media sebut permintaan media iklan ruang luar turun
ILUSTRASI. Sejumlah pekerja membongkar rangka besi penyangga reklame berukuran besar di Jalan Perintis Kemerdekaan, Kota Bandung, Selasa (23/1/2018). (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)


Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Mahaka Media Tbk (ABBA) mencatat permintaan media iklan ruang luar (OOH) atau reklame mengalami penurunan lebih dari 50% di masa pandemi. Anak usaha perseroan yakni PT Mahaka Visual Integra (MAVI) menjabarkan jika pihaknya tentu akan terus memenuhi pajak pembiayaan papan reklame.

"Kita tahu sendiri, pajak merupakan kewajiban yang harus dipenuhi. Maka kami akan tetap melaksanakannya. Saat ini kami lebih berpikir apakah sekiranya ada kebijakan khusus yang bisa meringankan pelaku industri OOH ini?" Jelas Business Director MAVI, Denny Sompie kepada Kontan, Senin (23/11).

Sebagai gambaran, di DKI Jakarta pihaknya mencatat adanya kenaikan di Agustus 2020 setelah adanya PSBB ketat sebelumnya. Namun saat Pemda DKI Jakarta menarik rem PSBB kembali, penurunan permintaan juga otomatis terjadi. Pihaknya mulai mencatat peningkatan permintaan kembali di November.

Baca Juga: Humpuss Intermoda (HITS) meremajakan armada

"Tetapi peningkatan ini pun tidak bisa dibandingkan dengan capaian tahun lalu. Sangatlah jauh. Saat ini, bila digambarkan, adanya 2 sampai 3 permintaan untuk 6 slot iklan, jauh lebih baik dan patut disyukuri," sambungnya.

Ia melanjutkan, di masa pandemi traffic view dari papan reklami OOH ikut terpengaruh sebab masyarakat banyak berdiam di rumah mengikuti anjuran PSBB.

Hal ini berimbas pula pada penerimaan permintaan iklan pada media OOH, dimana klien memilih untuk membatalkan, menunda memasang iklan hingga memangkas waktu penayangan iklan, yang tadinya setahun menjadi enam atau tiga bulan. "Kisaran biayanya jika setahun sekitar Rp 5 miliar. Tetapi karena waktunya disesuaikan maka pricing juga turut disesuaikan lagi," sambungnya.

Denny berkata hal yang sama juga terjadi di kota lain. Beberapa klien masih melihat perkembangan kondisi yang ada, wilayah yang ingin disasar, serta masyarakat di daerah tersebut.

Namun demikian, Denny menilai jika kondisi permintaan di luar kota Jakarta masih lancar hingga hari ini. Kota seperti Medan, Surabaya, dan Palembang, tercatat memiliki permintaan yang bagus.

Baca Juga: PTPP menggenggam kontrak baru Rp 17,42 triliun hingga pertengahan November 2020

Strategi ke depannya, Perseroan tetap akan menawarkan paket-paket yang ada. Ia berkata juga menyusun strategi memasang iklan dengan lebih lokal, misal menargetkan daerah tertentu saja, agar lebih tepat mengenai masyarakat setempat.

"Misalnya kami mengiklankan produk FMCG dan ingin mengarahkan ke Palmerah. Maka kami iklankan di OOH dekat minimarket di daerah Palmerah saja, iklan ini tidak ditemui di daerah lain. Ini yang dinamakan lebih lokal. Kalau dulu, semuanya seragam di mana saja," tutupnya.

Karena ABBA belum merilis laporan keuangan kuartal III 2020, tercatat pada kuartal II 2020 ABBA mendulang penurunan pendapatan 54,50%menjadi Rp 70,21 miliar dari Rp 154,34 miliar. Bisnis sirkulasi iklan dan surat kabar menyumbang porsi Rp 34,42 miliar, diikuti oleh lain-lain Rp 12,28miliar.

Adapun lini event organizer (EO) menjadi Rp 6,33 miliar, penyiaran televisi sebesar Rp 9,48 miliar dan sewa sebesar Rp 7,68 miliar. Kerugian ABBA membengkak dari Rp 2,36 miliar pada kuartal II 2019 menjadi Rp 23,37 miliar.

Selanjutnya: Austindo (ANJT) mampu raup laba di kuartal III 2020 meski volume produksi turun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×