Reporter: Aulia Fitri Herdiana | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kilau emas PT Aneka Tambang Tbk belum memudar. Makanya, perusahaan yang kini bergabung di dalam holding BUMN Industri Pertambangan tersebut, berencana memacu bisnis emas yang menjadi sumber pendapatan utama.
Sepanjang tahun ini, Aneka Tambang alias Antam menargetkan total penjualan 24 ton emas. "Diharapkan ada peningkatan penjualan emas sekitar 10 ton tahun ini dibanding tahun 2017," ungkap Direktur Utama PT Aneka Tambang Tbk Arie Prabowo Ariotedjokepada, KONTAN, Jumat (2/2).
Sebagai perbandingan, tahun 2017 lalu Antam membukukan penjualan 13.202 kilogram (kg) atau 13,2 ton emas. Sementara nilai penjualan emas tersebut mencapai Rp 7,37 triliun atau dengan 58,73% terhadap total penjualan tahun sebesar Rp 12,55 triliun. (lihat infografis)
Antam menghitung, peningkatan volume penjualan 10 ton emas pada tahun ini berpotensi mendatangkan penjualan sebesar Rp 6 triliun. Jadi kalau seluruh target penjualan 24 ton emas tahun 2018 terpenuhi, mereka bisa mengantongi nilai penjualan lebih besar lagi.
Informasi saja, sumber produksi emas Antam tahun lalu mengandalkan tambang Pongkor di Bogor, Jawa Barat dan Cibaliung, Pandeglang, Banten. Tambang emas Cibaliung beroperasi sejak tahun 2010. Sementara tambang emas Pongkor sudah beroperasi sejak tahun 1994. Total produksi keduanya tahun lalumencapai 1.967 kg atau 1,97 ton emas.
Saat ini, cadangan emas Pongkor tersisa 3 ton. Makanya, Antam berupaya mencari sumber produksi emas baru. Perusahaan berkode saham ANTM di Bursa Efek Indonesia tersebut membuka opsi penambahan cadangan emas dengan cara mengakuisisi tambang emas perusahaan lain dan melakukan eksplorasi sendiri.
Hanya saja, manajemen Antam belum membeberkan lokasi tambang yang ingin diakuisisi atau dieksplorasi. "Ada rencana, kalo memang ada aset yang memang mau dilepas dengan value yang bagus terlebih yang sudah beroperasi, tentu akan kami pertimbangkan," tutur Arie.
Kuota ekspor
Selain emas, Antam mengawal pengerjaan pabrik feronikel di Halmahera Timur, Maluku Utara. Dalam catatan KONTAN, Antam membangun pabrik feronikel bersama dengan PT Wijaya Karya Tbk dan Kawasaki Heavy Industries, Ltd. dalam satu konsorsium. Pabrik itu bakal memiliki kapasitas produksi 13.500 ton per tahun.
Biaya pembangunan pabrik feronikel Halmahera memanfaatkan dana belanja modal atau capital expenditure (capex) 2018. Antam mengalokasikan total capex Rp 2,8 triliun pada tahun ini.
Perkembangan pembangunan pabrik feronikel tersebut berpotensi memberikan dampak pada perolehan kuota ekspor bijih nikel Antam. Sebagaimana diketahui, pemberian izin ekspor mineral mentah pemerintah mempertimbangkan komitmen perusahaan pertambangan dalam membangun fasilitas permunian.
Adapun saat ini, Antam sudah menggenggam izin kuota ekspor sebanyak 3,7 juta ton bijih nikel. "Jika proyek ini sesuai target, diharapkan dapat menambah ekspor impor sekitar 1 juta ton sampai 2 juta ton," ungkap Arie.
Informasi saja, feronikel adalah kontributor penjualan terbesar kedua Antam setelah emas. Target produksi feronikel tahun ini sebanyak 26.000 ton atau naik 4.238 ton dibandingkan dengan realisasi produksi feronikel tahun lalu yakni 21.762 ton.
Rencana lain Antam adalah mengembangkan fasilitas pemurnian bauksit berupa smelter grade alumina refinery (SGAR). Proyek itu sudah sampai tahap uji kelayakan perbankan. Selanjutnya, mereka berharap melakukan groundbreaking pada semester II nanti.
Sepanjang tahun ini, Antam menargetkan produksi bauksit sebanyak 1,6 juta wet metric ton (wmt). Realisasi produksi bauksit tahun lalu sebanyak 705.322 wmt.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News