kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Apa kabar program konversi BBM ke gas?


Jumat, 16 Januari 2015 / 09:22 WIB
Apa kabar program konversi BBM ke gas?
ILUSTRASI. Gejala kanker payudara.


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Wacana pemerintah Indonesia mengonversi konsumsi bahan bakar minyak (BBM) ke Bahan Bakar Gas (BBG) terancam sirna. Harga minyak mentah dunia yang lagi turun menyentuh level 40 dollar AS per barel membuat banderol Premium dan Solar ikut turun.

"BBG (artinya) bolak-balik gagal terus. Kami juga tidak punya road map, karena tidak kuasa membuatnya. Presiden Jokowi punya road map yang bagus mudah-mudahan bisa terlaksana," tukas Ridha Ababil, Vice President Corporate Communication PT Perusahaan Gas Negara (PGN) disela Tes Drive PGN, di Ancol, Jakarta Pusat, Kamis (15/1).

PGN sebagai BUMN gas, lanjut Ridha, sudah waktunya peduli dengan kebutuhan maysarakat pada bahan bakar alternatif. Meskipun sebenarnya dari segi bisnis memasok kebutuhan gas untuk kebutuhan industri lebih menguntungkan ketimbang transportasi.

"Namun sebagai BUMN diminta pemerintah untuk menyalurkan gas untuk masyarakat dan mengurangi ketergantungan impor minyak, kami siap lakukan. Kami tidak mau dianggap tidak memperhatikan masyarakat," beber Ridha.

Meskipun dengan segala kekurangan yang dihadapi, mulai dari infrastruktur, isu keamanan, harga jual gas yang belum menguntungkan, dan lain sebagainya, tapi program harus terap jalan. Saat ini harga BBG dipatok Rp 3.100 per LSP (liter setara Premium).

"Jujur saja dengan harga segitu (Rp 3.100) kami tidak ada untungnya menjual gas ke masyarakat, tapi ini PGN harus memulai, sebut saja pengorbanan kami," tukas Ridha.

Tahun lalu, jelas Ridha, PGN menargetkan membangun 16 SPBG baru di Indonesia, tapi baru terealisasi 2 lokasi saja. Kendala yang dihadapi PGN dalam menciptakan infrastruktur ini ada pada kesediaan lahan yang terbatas.

"Bukannya kami tidak ada uang, sudah ada dananya, hanya lahannya tidak ada. Kalaupun ada lokasi ya tidak bisa dilalui truk besar, ini jadi kendala," tutup Ridha. (Agung Kurniawan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×