Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - Kebutuhan kapas untuk industri tekstil domestik hampir 100% didapat dari impor. Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat mengatakan, hal tersebut dikarenakan cuaca Indonesia yang tidak mendukung untuk penanaman tanaman kapas.
"Kapas di Indonesia tumbuh, namun ada karateristik kapas yang akan mempengaruhi harga dan kualitas barang. Kapas itu saat ditanam harus diberikan air terus menerus, tetapi waktu berbuah, dia tidak boleh kena air. Sedangkan di Indonesia hujannya tidak bisa diprediksi," tutur Ade, Rabu (6/9).
Menurutnya, produksi kapas di Indonesia sangat kecil. Produksi kapas di Indonesia paling besar hanya memenuhi 4% dari kebutuhan kapas industri.
Kata Ade, Indonesia lebih banyak mengimpor kapas dari Amerika, Brazil, dan Australia. "Negara-negara ini berganti-ganti urutannya, dilihat dari kualitas dan harga masing-masing harga. Mereka saling bersaing. Tahun ini Brazil yang memegang urutan satu dengan persentase 40%, Amerika dan Brazil sekitar 30%," paparnya.
Menurutnya, harga kapas saat ini berkisar US$ 1,1 per kilogram, di mana rata-rata biaya impor kapas sebesar US$ 1 miliar per tahun. Permintaan kapas juga tergantung permintaan dan kebutuhan industri.
"Saat ini kapas banyak digunakan untuk pakaian dalam dan kaos kaki, karena kemampuannya yang baik untuk menyerap keringat," tutur Ade.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News