kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Awas virus flu burung mengintai lagi


Sabtu, 08 Desember 2012 / 08:30 WIB
Awas virus flu burung mengintai lagi
ILUSTRASI. Inilah fenomena Astronomi yang bakal terjadi pekan pertama September 2021


Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Cipta Wahyana

JAKARTA. Tak hanya menyerang ayam, virus flu burung atau H5N1 diam-diam juga tengah menyerang itik. Virus ini bahkan sudah mengakibatkan kematian ratusan ribu itik peternak di sentra-sentra penghasil itik yakni Jawa Timur, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), serta Jawa Barat.

Kementerian Pertanian (Kemtan) mengaku sudah mendapatkan laporan atas kematian itik di sejumlah daerah itu. Bahkan, Kemtan juga telah melakukan penelitian atas serangan virus ini. Lewat hasil uji laboratorium Balai Besar Penelitian Veteriner Bogor tertanggal 3 Desember 2012 disebutkan bahwa virus H5NI saat ini sudah bermutasi menjadi clade 2.1.

Lewat surat edaran 6 Desember 2012 Nomor 06042/PD.610/F/12/2012, Kemtan juga sudah meminta kewaspadaan atas sebaran virus ini. Bila ditemukan kematian atas itik-itik milik peternak, Kemtan meminta agar peternak segera melaporkannya untuk diteliti.

Syukur Iwantoro, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kemtan mengatakan, pemerintah sudah melakukan berbagai langkah preventif secara intensif untuk melokalisir daerah-daerah sebaran virus tersebut. "Kami (pusat, provinsi dan kabupaten) telah, sedang dan akan terus melakukan upaya mencegah sebaran virus ini," tandas Syukur.

Saat ini, pemerintah juga sudah membatasi lalu lintas perdagangan itik demi mencegah sebaran  virus tersebut. Pemerintah juga telah melakukan pemusnahan itik di beberapa daerah yang diduga sudah terjangkit flu burung.

Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia (Himpuli) meminta   pemerintah segera menghentikan impor itik dalam waktu dekat. Pasalnya, itik impor diduga membawa virus H5N1 yang mengakibatkan kematian itik lokal. Pasalnya, dalam surat edaran itu, pemerintah juga menyebutkan sudah terjadi mutasi  virus dari itik impor ke itik lokal. "Jadi impor harus dihentikan," kata Ade Zulkarnean, Ketua Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia atau Himpuli

Penghentian itik impor, menurut Ade harus segera dilakukan. Mengingat, hanya dalam tempo tiga hari saja, virus ini sudah mematikan lebih dari 350.000 itik. "Bahkan di Jawa Timur, 60% itik lokal mati karena flu burung ini," ujar Ade.

Menurut catatan Himpuli, sentra bebek di Jawa Timur yang sudah terjangkiti virus flu Blitar, Kediri, Tulungagung, Mojokerto. Adapun di Jawa Tengah, virus ini sudah mematikan unggas lokal di wilayah pantai utara, mulai dari Pati sampai Brebes serta Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Sementara Jawa Barat di daerah Cirebon.

Salah satu importir itik besar, kata Ade, PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. Benarkah? Sayang, sampai berita ini turun, telepon dan pesan singkat KONTAN ke Thomas Effendi, Presiden Direktur Charoen Pokphand tak direspon.

Kebutuhan itik secara nasional terus bertambah. Hal ini, kata Ade, membuat peternak lokal tak bisa memenuhi semua kebutuhan itik. Makanya, impor itik dilakukan.

Himpuli mencatat, total populasi itik nasional tahun 2011 mencapai 53 juta ekor. Produksi itik ini tersebar di 23 provinsi. Populasi itik terbesar di Jawa Barat yakni mencapai 9 juta ekor, menyusul Jawa Tengah 5,5 juta, Jawa Timur 4,3 juta, serta DIY 600.000 itik..

Tanpa ada penangan serius dikhawatirkan penyebaran virus ini meluas dan memukul peternak itik. Bukan mustahil, virus ini juga bermutasi ke unggas lainnya, selain itik dan ayam.  "Butuh delapan tahun membuat flu burung ini hilang," kata Ade serius.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×