Reporter: Merlinda Riska | Editor: Amailia Putri
JAKARTA. Tingkat belanja masyarakat pada momentum Ramadan dan Lebaran biasanya lebih tinggi dibanding hari-hari biasa. Hal ini menjadi berkah bagi para perusahaan ritel, termasuk PT Trisula International Tbk.
Perusahaan berkode saham TRIS ini optimistis, penjualan ketika Ramadan dan Idul Fitri bisa naik hingga 15% dibanding bulan-bulan lainnya. Rudolf Simarmata, Direktur Ritel Trisula International mengatakan, penjualan baju muslim pria menjadi penyumbang kenaikan terbesar. "Banyak produsen yang memanfaatkan untuk membuat banyak varian baju koko," ujarnya kepada KONTAN, Kamis (11/7).
Pertumbuhan penjualan busana muslim pria, lanjut Rudolf, bisa mencapai 30%-500%. Rentang yang cukup jauh ini tergantung dari merek. Contohnya, penjualan G2000 dan Man Club bisa melonjak hingga 500% ketika Ramadan-Lebaran. Sedangkan produsen yang memiliki merek Jobbs bisa mencatatkan kenaikan penjualan hingga 300%.
Permintaan yang tinggi biasanya terjadi mulai dua minggu sebelum Lebaran. Maklum, ketika itu, para pekerja telah mengantongi dana lebih dalam bentuk tunjangan hari raya (THR).
Target tercapai
Asal tahu saja, di gerai Trisula, sekitar 80% terdiri dari busana pria. Sisanya, 20% merupakan aparel untuk kaum hawa. Lima lisensi merek utama yang telah dimiliki TRIS adalah Jobb, Jack Nicklaus, UniAsia, Man Club, dan G2000.
Selain itu, perusahaan juga memproduksi beberapa merek fashion, seperti Hush Puppies, Aoki, Aoyama, Cecile, Konaka, Nagasakikya, dan Xebio. Rencananya, Trisula akan memboyong dua merek baru untuk didistribusikan.
Guna menutup pembengkakan beban biaya produksi, mulai kuartal II-2013, perusahaan itu telah menaikkan harga jual seluruh merek aparel yang dimiliki. Kenaikannya sekitar 10% hingga 11%. Namun, manajemen Trisula tidak khawatir, kenaikan harga itu akan berdampak pada penurunan penjualan secara keseluruhan. Pasalnya, pertumbuhan industri ritel fashion di Indonesia diperkirakan masih akan tumbuh hingga 40% per tahun.
Rudolf optimistis, tahun ini, target penjualan bisa tercapai. TRIS menargetkan penjualan sepanjang 2013 bisa mencapai Rp 675 miliar atau tumbuh 20% dari realisasi penjualan tahun lalu. Sementara, laba bersih perusahaan diharapkan tumbuh 14% hingga 15% year-on-year (YoY) menjadi Rp 34,45 miliar hingga Rp 34,75 miliar.
Namun, Rudolf belum mau bilang pencapaian hingga Juni 2013. "Kinerja kami masih on the track dengan target yang telah kami tetapkan, angka pastinya, tunggu laporan keuangan," tuturnya.
Demi mencapai target tersebut, Trisula berupaya membangun 40 gerai baru pada tahun ini. Hingga akhir tahun lalu, Trisula memiliki sebanyak 230 gerai. Dengan tambahan 40 gerai tersebut, TRIS akan memiliki 270 gerai hingga akhir 2013. Trisula menyiapkan belanja modal hingga Rp 60 miliar.
Sebagian besar gerai berada di wilayah Jabodetabek. Penetrasi gerai Trisula di wilayah Jabodetabek saat ini mencapai 64%, diikuti Jawa Timur (10%), Sumatra (10%), Jawa Barat (6%), Jawa Tengah (4%), dan wilayah Indonesia Timur (6%).
Sekedar mengingatkan, kuartal I-2013 lalu, perusahaan itu menggandeng investor asal Jepang, Toyoshima & Co Ltd, untuk menggenjot ekspor ke Negeri Matahari Terbit. Menandai kerjasama itu, Toyoshima telah mengakuisisi 5% saham TRIS. Toyoshima membeli saham Trisula yang beredar di pasar. Porsi 5% kepemilikan tersebut setara dengan 50 juta saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News