kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bangkit dari imbas pandemi, Destinasi Tirta (PDES) fokus tangkap pasar domestik


Rabu, 02 September 2020 / 20:39 WIB
Bangkit dari imbas pandemi, Destinasi Tirta (PDES) fokus tangkap pasar domestik
ILUSTRASI. Sejumlah wisatawan dengan mengenakan masker berjalan-jalan di kawasan wisata belanja busana di Jalan Cihampelas, Kota Bandung, Jawa Barat. Tribun Jabar/Gani Kurniawan


Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Destinasi Tirta Nusantara Tbk (PDES) fokus menawarkan produk yang menyasar wisatawan domestik di sisa paruh semester dua 2020.

Corporate Secretary PDES, AB Sadewa mengemukakan pada Oktober hingga Desember 2020 mendatang, pihaknya akan meluncurkan produk liburan yang sesuai dengan tren liburan New Normal.

"Destinasi dan aktifitas yang disajikan kebanyakan di luar ruangan dengan daerah wisata yang eksotik seperti Flores, Derawan, Tanjung Puting, ataupun destinasi popular lain dengan style resort seperti menggunakan glamping bahkan liveaboard di kapal Phinisi," jelasnya melalui keterangan tertulis kepada Kontan, Rabu (2/9).

Strategi yang rencananya dilakukan pada kuartal IV hingga Semester I 2020 ini dilakukan dengan menawarkan penginapan di bungalow dan pulau pribadi yakni di Telunas Resort, Komodo Resort dan Pantai Seraya yang dibanderol harga mulai dari US$ 80 per malam per orang, sampai US$ 315 per malam per orang.

Baca Juga: Aktivitas bisnis mulai berjalan, Panorama Group sewakan bus dengan protokol kesehatan

Sedangkan untuk produk liveaboard di atas kapal, PDES membanderol biaya mulai dari US$ 80 per malam per orang, hingga US$ 435 per malam per orang dalam produk Aqua Luna Selini, Kalimantan Explorer, dan Manta Mae.

Tak hanya itu, PDES juga berupaya maksimal untuk bertahan dengan terus melakukan komunikasi intens dengan mitra-mitranya di luar negeri. Pihaknya tidak menampik, strategi yang dijalankan ini menjadi tantangan tersendiri mengingat selama ini perseroan merupakan wholesaler yang menjalankan bisnis secara B2B dengan klien dari mancanegara.

Namun demikian, PDES berharap upaya ini bisa ikut mendongkrak rasio utilitas kendaraan yang dimiliki perseroan. "Selama masa PSBB Transisi, armada bus disewakan ke beragam korporasi sebagai bus antar jemput karyawan yang dilengkapi dengan protokol kesehatan," ujarnya.

Pihaknya juga getol melakukan sales call dan trade show bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) untuk mengembalikan kepercayaan di pasar pariwisata.

Sepanjang semester I 2020, kinerja PDES cukup tertekan akibat pandemi COVID-19. Pihaknya mengantongi rugi Rp51,49 miliar, padahal tahun lalu masih bisa meraup laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp4,14 miliar. Tak hanya itu, pendapatan PDES terkoreksi cukup dalam sebesar 60,30% menjadi hanya Rp72,79 miliar dari perolehan Rp183,37 miliar.

Perolehan pendapatan dari lini bisnis paket perjalanan wisata menurun 60,15% menjadi Rp63,03 miliar dari Rp Rp158,20 miliar. Lalu lini sewa kendaraan terjun 61,24% menjadi hanya Rp9,75 miliar dari perolehan Rp25,16 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Sedangkan porsi aset, liabilitas, dan ekuitas ikut terkoreksi secara year-to-date masing-masing 13,99%, 4,58% dan 26,08%.

AB Sadewa melanjutkan, berdasarkan data dari UNWTO (United Nations World Tourism Organization), industri pariwisata global sudah terkena kerugian mencapai US$ 30-50 miliar dibandingkan tahun lalu. Bahkan, industri pariwisata global diramal kembali pulih 5 sampai 7 tahun kemudian hingga memasuki level pra-COVID-19.

Baca Juga: Destinasi Tirta Nusantara (PDES) menderita kerugian Rp 14,8 miliar di 2019

"Indonesia sebagai negara tujuan wisata tentunya terdampak hebat dengan penurunan jumlah wisman di semester I tahun 2020 sebesar -59,9% dibanding periode yang sama tahun 2019 atau hanya sebanyak 3 juta orang. Rencana Pemerintah membuka Bali pada 11 September mendatang akhirnya dibatalkan dengan pertimbangan Pemerintah untuk lebih meningkatkan fokus pada pasar domestik dan konsolidasi di destinasi-destinasi wisata termasuk dengan Pemerintah dan Industri," sambung dia.

Secara dimestik, kinerja sektor pariwisata juga turun drastis sejak diterapkannya Kebijakan Kementerian Luar Negeri di awal Maret tahun ini untuk membatalkan Kebijakan Bebas Visa Kunjungan (BVK) dan Visa on Arrival (VOA) bagi wisman yang ingin berkunjung ke Indonesia.

Selain Kementerian Luar Negeri, Kementerian Hukum dan HAM menerbitkan Permenkumham  Nomor 11 Tahun 2020 tentang Pelarangan Sementara Orang Asing Masuk Wilayah Negara Republik Indonesia. "Tentunya ini menjadi tekanan bagi industri pariwisata nasional termasuk Destinasi (PDES)," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×