kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45892,58   -2,96   -0.33%
  • EMAS1.324.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Banyak ternak melepuh akibat awan panas


Minggu, 14 November 2010 / 16:37 WIB
Banyak ternak melepuh akibat awan panas
ILUSTRASI. Cover Foto-Foto Danau Terdalam di Dunia


Reporter: Herlina KD | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JOGJAKARTA. Letusan Gunung Merapi di Yogyakarta tak hanya membuat masyarakat di sekitar Merapi mengungsi. Tapi mereka juga harus menyelamatkan hewan ternaknya. Maklum saja, bagi penduduk di sekitar lereng Merapi, hewan ternak merupakan salah satu sumber penghidupan. Tanpa hewan ternak, para peternak tidak bisa mempertahankan hidupnya.

Maka tak heran, para pengungsi selalu memikirkan hewan ternaknya saat berada di pengungsian. Bagi sebagian pengungsi yang lokasi tempat tinggalnya ada di daerah rawan, sebagian sudah membawa ternaknya turun. Tapi, mereka yang belum membawa ternaknya turun bahkan rela menerjang debu vulkanik yang pekat untuk sekedar memberi makan dan merawat ternak mereka yang masih berada di lingkungan rumah.

Seiring dengan dinaikkannya status rawan di radius 20 km dari puncak Merapi, pemerintah melakukan evaluasi ternak masyarakat di sekitar Merapi. Peternak pun terpaksa membawa ternaknya turun karena pasokan pakan di sekitar Merapi menipis karena tertutup abu vulkanik. Tak ada pilihan lain, peternak harus menyelamatkan hewan ternaknya yang tersisa.

Ternak milik penduduk dievakuasi ke titik-titik penampungan. Hingga Jumat sore (12/11) kemarin sudah ada 167 titik penampungan yang tersebar di empat kabupaten yaitu Sleman, Klaten, Boyolali dan Magelang. Beradasarkan catatan dari Tim Identifikasi Penanganan Ternak Korban Merapi (Divisi Identifikasi dan Evakuasi) hingga Jumat (12/11) sudah ada 6.787 ekor ternak yang berada di penampungan. Titik penampungan akan terus bertambah seiring makin banyaknya hewan ternak yang berhasil dievakuasi.

Jumlah ternak yang ditampung dalam satu penampungan berbeda-beda. Ada titik penampungan yang hanya menampung belasan ekor ternak, tapi ada juga penampungan yang berisi ratusan ekor ternak. Kondisinya juga beragam, ada penampungan yang memang layak untuk ternak, tapi ada juga lapangan yang disulap menjadi penampungan ternak sementara.

Seperti penampungan ternak di Lapangan Tlogoadi, Mlati, Sleman. Di lapangan seluas 400 meter persegi ini menampung puluhan ekor sapi dan kambing milik warga di sekitar Pakem, Sleman. Kondisinya cukup memprihatinkan. Ternak hanya ditampung dibawah tenda yang terbuat dari terpal plastik dengan kondisi seadanya. Awalnya di lapangan ini tak ada sumber air untuk memberikan suplai minuman bagi ternak. Tapi akhirnya, "Tim sudah membelikan pompa air untuk menyalurkan air ke lapangan dari sumur warga," ujar Ketua Tim Divisi Eksekusi dan Distribusi (Divisi II) Ali Agus Sabtu (13/11).

Kondisi ternak di penampungan beragam. Beberapa sapi terlihat kurus karena pasokan pakan yang terbatas harus dibagi dengan ternak lain. Tak hanya itu, "Ternak juga banyak yang stress karena perpindahan tempat, sehingga tim membutuhkan suplemen anti stress atau makanan tambahan untuk ternak yang stress," tambah Ali Agus.

Banyak ternak melepuh

Ketua Tim Identifikasi Penanganan Ternak Korban Merapi (Divisi Identifikasi dan Evakuasi) Ida Tjahajati menambahkan, tak hanya kurus, kondisi ternak korban Merapi bahkan tak semuanya mulus. "Ada ternak yang dievakuasi dalam kondisi kulit melepuh akibat terjangan awan panas,"ujarnya.

Berbeda dengan penampungan di lapangan Tlogoadi, pos evakuasi ternak di Desa Karangnongko, Kecamatan Karangnongko, Klaten lebih layak bagi ternak. Pos evakuasi ini memanfaatkan peternakan milik swasta yang sebagian tidak ditempati. Panitro Wiyoto, salah satu peternak yang juga sebagai ketua pos evakuasi Desa Karangnongko menuturkan di lokasi penampungan ini ada sekitar 329 ekor sapi milik pengungsi yang berasal dari Desa Sidorejo, Kemalang yang berjarak tujuh kilometer dari puncak Merapi.

Sementara di Boyolali, ada 49 titik evakuasi. Salah satunya di pasar sapi yang berlokasi di Desa Singkil, Sunggingan. Di tempat ini tercatat sebanyak 174 ekor ternak sapi milik peternak di Kecamatan Cepogo dan Selo yang sebagian besar merupakan sapi potong.

Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Boyolali Dwi Priyatmoko mengungkapkan, hingga Sabtu (13/11) sudah sebanyak 1.069 ekor ternak yang berhasil dievakuasi. "Di lokasi ring satu (radius kurang dari 10 km dari puncak) masih ada sekitar 28.000 ekor ternak yang belum terevakuasi," ujarnya.

Sama dengan keluhan peternak di Sleman, para peternak di Klaten dan Boyolali juga mengeluhkan sulitnya mendapatkan pakan ternak. "Sebab, sebagian lahan sudah tertutup abu," kata Dwi. Karenanya, para peternak sangat membutuhkan bantuan berupa pakan ternak.

Menteri Pertanian Suswono mengatakan, Kementerian Pertanian akan memberikan bantuan pakan bagi ternak milik pengungsi. "Bantuan pakan akan diberikan selama ternak ada di penampungan, dan akan terus berlanjut selama masa rehabilitasi," kata Suswono saat kunjungan ke penampungan ternak di Karangnongko, Klaten Sabtu (13/11).

Untuk mempermudah koordinasi saat bencana, Suswono menyarankan peternak untuk membangun kandang komunal untuk hewan ternaknya. Selain mempermudah evakuasi saat bencana, dengan kandang komunal ini peternak juga bisa memanfaatkan kotoran ternak untuk alternatif energi. "Kotoran sapi bisa dijadikan biogas dan juga pupuk kompos," kata Suswono.

Meski ditanggapi positif, namun para peternak mengaku masih menemukan kendala untuk menerapkan konsep kandang komunal ini. Pasalnya, "Untuk membangun kandang komunal dibutuhkan lahan yang cukup luas, ini yang masih menjadi masalah," kata Panitro.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Accounting Mischief Practical Business Acumen

[X]
×