Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Barata Indonesia (Persero) menargetkan kontrak baru senilai Rp 4 triliun sepanjang tahun ini. Target tersebut 25% lebih tinggi dibandingkan realisasi perolehan kontrak baru sepanjang tahun lalu yang sebesar Rp 3,2 triliun.
Barata mengulik peluang kontrak manufaktur dari beragam proyek. Pada sektor energi misalnya, perusahaan itu bermitra dengan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), PT Indonesia Power dan Siemens dalam proyek pembangkit listrik.
Barata juga sudah mengantongi proyek engineering serta konstruksi minyak dan gas (migas) dari PT Pertamina (Persero). Proyek tersebut baik untuk hilir maupun hulu migas. Mitra bisnis Barata yang lain, yakni PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IX, PTPN XI dan perusahaan swasta.
Barata menangani pembangunan pabrik gula.Jalinan bisnis juga terjadi antara Barata dengan PT Pelabuhan Indonesia (Persero) 3 alias Pelindo 3 dalam proyek port cranes.
"Pelindo 2 dan lainnya akan menyusul, kami juga mendapat proyek Pelabuhan Patimban," kata Silmy Karim PT Direktur Utama Barata Indonesia (Persero) kepada KONTAN, Rabu (3/1).
Tak cuma di dalam negeri, proyek di luar negeri juga menjadi buruan. Makanya Barata membidik peluang ekspor komponen ke Amerika Serikat, Rusia dan negara lain.Kalau target kontrak baru terpenuhi, Barata menghitung bisa membukukan penjualan di atas Rp 2 triliun pada tahun ini. Adapun proyeksi laba sebesar Rp 100 miliar.
Sebagai perbandingan, sepanjang tahun 2017 kemarin Barata mencatatkan penjualan Rp 1,1 triliun dan laba bersih Rp 44 miliar. Kalau dihitung, realisasi penjualan dan laba bersih tersebut masing-masing tumbuh 56,47% dan 120% ketimbang tahun 2016.
Adapun akumulasi kontrak tahun lalu adalah Rp 3,68 trilliun. Kontrak itu terdiri dari Rp 3,2 triliun kontrak baru dan Rp 400 miliar kontrak bawaan periode sebelumnya alias carry over.
Selain mengejar kenaikan kontrak dan kinerja, Barata merencanakan penambahan modal. Mereka memilih opsi penerbitan obligasi dengan target dana sekitar Rp 500 miliar. Penerbitan surat utang itu menjadi bagian dari rencana korporasi yang disusun hingga tahun depan.
"Tahun ini, kami obligasi dulu dan di tahun 2019 akan IPO (initial public offering)," terang Silmy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News