kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.455.000   12.000   0,83%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

BBM Industri Tempel Ketat BBM Bersubsidi


Senin, 03 November 2008 / 08:50 WIB


Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Ada kabar gembira bagi para pengguna bahan bakar minyak (BBM) industri dan BBM nonsubsidi, seperti Pertamax. Saat ini mereka bisa kembali menghemat isi kocek.

Terhitung sejak 1 November 2008, Pertamina telah menurunkan lagi harga BBM nonsubsidi ini. "Semua jenis BBM nonsubsidi turun rata-rata 16%-23%," kata Juru Bicara Pertamina Anang Rizkani Noor saat dihubungi, Minggu (2/11).

Penurunan harga jual BBM industri terjadi karena Pertamina menyesuaikan diri dengan harga patokan Mean of Platts Singapore (MoPS). Nah, rata-rata harga BBM menurut MoPS selama dua minggu terakhir ini menurun berkisar 16% - 23,8%.

Penurunan kali ini memang cukup terasa. Terakhir, pada pertengahan Oktober lalu Pertamina hanya menurunkan harga BBM industri 3,4% - 6,7%.

Namun, pengusaha tak terlalu antusias pada laju penurunan kali ini. Rupanya sebagian industri sudah mengalihkan penggunaan BBM ke batubara. "Saya pikir batubara tetap akan digunakan tapi kontribusinya diperkecil," ungkap Franky Sibarani, Ketua Bidang Regulasi Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman seluruh Indonesia (Gapmmi).

Industri tekstil juga menyikapi penurunan harga minyak itu dengan dingin. Soalnya, 90% dari 900 perusahaan tekstil anggota Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) sudah beralih ke batubara. "Harga minyak sangat rentan dengan fluktuasi. Beda dengan batubara yang harganya lebih stabil," ujar Ade Sudrajat, Wakil Ketua Umum API.

Selisih makin tipis

Pertamina menjual Premium nonsubsidi seharga Rp 5.925 per liter dari sebelumnya Rp 6.622 per liter. Dengan begitu, harga premium industri lebih murah Rp 75 dari harga premium bersubsidi yang dijual Rp 6.000 per liter.

Penurunan harga yang terbesar terjadi pada harga minyak bakar yang melorot 23,8% dari Rp 5.723,5 menjadi Rp 4.549 per liter. Adapun harga minyak diesel turun 20,1% menjadi Rp 6.065 per liter. Harga solar turun 19,9% dari Rp 7.417 per liter menjadi Rp 6.233,5 per liter.

Harga BBM khusus juga mengalami penurunan. Harga Pertamax, misalnya, menciut Rp 950 menjadi Rp 7.000 per liter. Harga Pertamax Plus turun Rp 1.000 menjadi Rp 7.300 per liter, sementara Bio Pertamax turun dari Rp 7.950 menjadi
Rp 7.000 per liter.

Kabar yang lebih menggembirakan, harga BBM nonsubsidi masih punya peluang turun lagi. "Harga berpotensi turun lagi asalkan harga minyak dunia juga turun," ujar Anang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Distribution Planning (SCMDP) Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×