Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Meski holding BUMN pangan belum terang-benderang, PT Bhanda Ghara Reksa (Persero) atau BGR sudah seperti cacing kepanasan. Perusahaan pelat merah yang bergerak di bisnis jasa pergudangan itu tak sabar ingin memperluas jaringan.
Bhanda Ghara siap mengerahkan semua anak perusahaan. "Targetnya kami bisa mengelola semua gudang yang ada di pemerintah daerah," ujar Direktur Utama PT Bhanda Ghara Reksa (Persero) R. Ruli Adi kepada KONTAN, Senin (17/10).
Mengacu rencana holding BUMN sektor pangan Kementerian BUMN, Bhanda Ghara memang punya peluang bisnis lebih. Holding tersebut sedianya beranggotakan Bhanda Ghara, PT Sang Hyang Seri (Persero), PT Pertani (Persero) dan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero). Sementara Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik atawa Perum Bulog akan bertindak sebagai induk usaha.
Pasca penggabungan, masing-masing BUMN menjalankan peran spesifik demi menghindari persinggungan bisnis sekaligus meningkatkan efektivitas kerja. Nah, Bhanda Ghara akan menangani semua aktivitas logistik BUMN sektor pangan. Dengan begitu, tak ada lagi anak perusahaan logistik di BUMN sektor pangan lain.
Untuk Perum Bulog saja, Ruli pernah menyebutkan, perusahaan pelat merah itu punya 1500 gudang. Belum lagi, BUMN lain yang akan bergabung di bawah Perum Bulog. Hanya saja, manajemen Bhanda Ghara tak membeberkan potensi bisnis pasca holding terbentuk.
Yang pasti, salah satu yang kini tengah menjadi perhatian Bhanda Ghara adalah pengelolaan Sub Terminal Agribisnis (STA). Manajemen perusahaan ini menilai, pengelolaan lembaga pasar yang berada di daerah sentra produksi tani tersebut belum dikelola secara optimal. Makanya, mereka melihat STA sebagai peluang yang bisa digarap.
Bhanda Ghara mulai menjajal peluang lewat sinergi dengan Pemerintah Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Bhanda Ghara memanfaatkan STA Desa Larangan untuk membentuk rantai pasokan bawang merah di tingkat petani hingga konsumen.
Selain jaringan BUMN yang bakal bergabung di dalam holding BUMN sektor pangan, Bhanda Ghara berkolaborasi dengan BUMN lain. Misalnya, aksi mereka bekerja sama dengan Perusahaan Umum Jaminan Kredit Indonesia (Perum Jamkrindo) dalam menghadirkan layanan penjaminan sistem resi gudang. Kolaborasi itu untuk membentuk sistem distribusi terintegrasi dari hulu hingga hilir.
Wujud kerjasama Bhanda Ghara lain adalah dengan PT PLN (Persero). PLN menyewa gudang mereka untuk menampung barang tak terpakai seperti kabel dan pipa sebelum mereka lelang.
Tak seperti target
Tak cuma BUMN, Bhanda Ghara berharap juga bisa bersinergi dengan perusahaan swasta. Utamanya, mereka ingin menjalin kongsi pada sektor transportasi darat dan laut.
Hingga kini, Bhanda Ghara telah mengelola 24 gudang berupa sistem resi gudang di 24 kabupaten. Sepanjang tahun 2016, mereka telah menerbitkan 42 resi gudang dengan jumlah tonase mencapai 758.438 ton. Sekitar 86,7% berupa resi gudang untuk gabah. Lantas, 13,3% sisanya resi gudang untuk kopi, rotan, jagung dan rumput laut.
Bhanda Ghara memprediksi kemungkinan hanya bisa memenuhi penjualan Rp 1,2 triliun dari target Rp 1,6 triliun tahun ini. Meski begitu, proyeksi di bawah target tersebut masih di atas realisasi penjualan tahun 2015 yakni Rp 900 miliar. "Tahun 2017, kami optimistis di angka Rp 1,7 triliun," kata Ruli.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News