Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Tidak selamanya penurunan harga minyak dunia berdampak buruk bagi pengembangan blok minyak dan gas (migas) di Indonesia. Buktinya, proyek Train III Tangguh yang dioperatori oleh BP Indonesia bisa mendapatkan keuntungan dengan adanya penurunan biaya investasi.
Head of Country BP Indonesia, Darmawan Samsu mengatakan, dengan kondisi harga minyak yang melemah, kondisi pasar khususnya bisnis jasa di hulu migas mengalami penyesuaian.
Karena itu, jangan heran jika perusahaan jasa migas menawarkan biaya yang lebih rendah dalam pengerjaan proyek migas.
"Nilai penawaran dari perusahaan jasa mengalami penyesuaian supaya ada kegiatan karena saat ini ada suplai yang lebih banyak daripada permintaan, jadi diturunkan biayanya. Itu namanya market deflation, bukan biaya investasi yang dipotong," kata Darwawan, Kamis (26/7).
Dengan penurunan biaya jasa tersebut, maka biaya investasi untuk proyek Train III pun mengalami penurunan.
Darmawan menyebut, pada tahun lalu perhitungan biaya investasi proyek Train III Tangguh mencapai US$ 12 miliar. Saat ini proyek train III hanya mencapai US$ 8 miliar-US$ 10 miliar.
"Nah karena harga itu turun maka proyek masih bisa jalan. Jadi ada optimisasi yang didapat akibat kondisi pasar yang menyesuaikan dengan kondisi harga minyak yang menurun," imbuh Darmawan.
Dengan optimisme tersebut, BP Indonesia pun yakin bisa menyelesaikan Final Investment Decision (FID) pada pertengahan tahun ini. Proyek Train III Tangguh diproyeksi bisa menambah pasokan gas sebanyak 3,8 juta ton per tahun dimana 75% dari total produksi digunakan untuk kebutuhan domestik.
BP Indonesia sendiri baru saja mendandatanani Amandemen Perjanjian Jual-Beli Gas (PJBG) antara BP Berau dengan PT PLN (Persero) pada Jumat (15/4) lalu. Dengan amandeman PJBG tersebut, sebesar 75% gas dari Blok Tangguh diperuntukan untuk kebutuhan PLN.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News