kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis alat berat masih berat


Jumat, 29 Juli 2016 / 09:06 WIB
Bisnis alat berat masih berat


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Penjualan alat berat masih berat. Meski proyek konstruksi dan infrastruktur telah bergulir, proyek tersebut belum mampu menjadi obat kuat penjualan alat berat paruh pertama 2016.

Tengok saja kinerja penjualan alat berat dari PT United Tractors Tbk yang masih negatif. Sampai Juni 2016, penjualan emiten berkode saham UNTR tersebut turun 24,6% menjadi 1.036 unit ketimbang penjualan semester I-2015 yang sebanyak 1.375 unit.

Dari 1.036 unit alat berat yang dijual tersebut, 52% berasal dari sektor konstruksi, 23% sektor tambang, 15% perhutanan, dan 10% perkebunan. Porsi penjualan alat berat UNTR paruh pertama tahun 2016 tersebut naik ketimbang periode yang sama tahun lalu yang baru 33%.

Sara K. Loebis, Sekretaris Perusahaan UNTR menjelaskan, permintaan alat berat dari sektor konstruksi mulai tumbuh tetapi belum mendongkrak penjualan alat berat secara keseluruhan.

"Permintaan datang dari private company dan pemerintah," kata Sara saat dihubungi KONTAN, Kamis (28/7).

Sara menyatakan, penurunan penjualan alat berat terjadi sejak tahun 2013 hingga sekarang. Masalah utama penurunan alat berat adalah lesunya lini aktivitas tambang. "Produksi turun drastis sehingga banyak alat yang terbengkalai," jelas Sara.

Vanda Kusumaningrum, Communication Manager Volvo Indonesia, menyatakan, pasar alat berat periode pertama tahun 2016 cenderung sama dengan tahun lalu alias stagnan. "Volvo belum ada revisi, target tetap 1.500 unit tahun ini," kata Vanda, tanpa menyebutkan realisasi penjualan alat berat merek Volvo.

Namun secara umum, Djonggi Gultom, Ketua Umum Perhimpunan Agen Tunggal Alat Berat Indonesia, menyatakan, penjualan alat berat semua merek pada semester I-2016 lebih baik ketimbang periode yang sama tahun 2015. Namun, kondisi pasar belum pulih.

Menurut catatan Djonggi, penjualan alat berat sampai Juni 2016 tercatat 2.500 unit atau sudah mencapai 50% target 5.000 unit. "Ada kenaikan permintaan pada Juni 2016 ketimbang bulan sebelumnya," kata Djonggi.

Dari empat sektor andalan penjualan alat berat, sektor pertambangan masih lesu. Adapun permintaan alat berat sektor kehutanan, perkebunan dan konstruksi mulai membaik meski belum pulih seperti tiga tahun lalu.

Djonggi yang juga Direktur PT Hexindo Adiperkasa Tbk itu menambahkan, tahun ini Hexindo target penjualan 1.000 unit. Dengan memakai tahun fiskal Jepang, penjualan Hexindo pada periode April-Juni 2016 sudah mencapai 30% dari target. Sayang, Djonggi tak menyebut berapa realisasi penjualan periode yang sama tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×