Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Tidak semua pebisnis meratapi kondisi rupiah yang masih kurang darah. Salah satunya adalah pebisnis pariwisata, seperti biro perjalanan. Coba tengok kinerja PT Bayu Buana Tbk (BAYU) di kuartal satu tahun ini yang masih tumbuh tipis 2,78% dari Rp 351,15 miliar di periode serupa 2013 menjadi Rp 360,92 miliar di periode tersebut. Laba juga melonjak 20,6% dari Rp 4,31 miliar di kuartal I-2014 menjadi Rp 4,31 miliar di kuartal I-2015.
Menurut Direktur Bayu Buana Hardy Karuniawan, efek kurs rupiah yang masih loyo justru punya dampak positif bagi penjualan paket wisata dalam negeri oleh wisatawan asing (inbound). Sebab, ketika kurs melemah, banyak turis asing datang ke Indonesia karena nilai mata uang negara mereka lebih tinggi ketimbang rupiah. Hardy pun memprediksi akan ada kenaikan wisatawan inbound sebesar 7%-8% tahun ini.
Sementara itu, untuk segmen paket wisata luar negeri (outbound) tidak akan tumbuh tinggi karena kurs dollar AS masih perkasa. Dia memprediksi, untuk segmen ini tumbuh 6%-7% saja di tahun ini. Supaya target tercapai, Bayu Buana bakal mengeluarkan produk wisata murah, terutama untuk wisatawan domestik.
"Masyarakat Indonesia bakal menabung untuk travelling, mereka perlu refreshing sehingga pertumbuhan outbond masih akan cukup bagus," katanya. Tak heran bila tahun ini, Bayu Buana masih menggantungkan asa ke wisawatan domestik. Perusahaan ini berharap kontribusi pendapatan dari outbound bisa mencapai 90%. Sedangkan untuk inbound berkisar 10%. Komposisi target ini tidak jauh berbeda dari komposisi pendapatan tahun lalu.
Buka waralaba
Tahun ini, Bayu Buana menargetkan pendapatan Rp 1,9 triliun, tumbuh 18,75% dari pendapatan 2014 yang mencapai Rp 1,6 triliun. Target pendapatan ini berasal dari bisnis tiket sebesar 75% dan bisnis non tiket sebesar 25%. Sedangkan untuk target laba tahun ini sebesar Rp 26 miliar. Padahal, tahun lalu mencapai Rp 37,67 miliar.
Hardy mengungkapkan, lonjakan laba pada tahun lalu berkat penjualan ruang kantor seluas 334 m² di Gedung Equity senilai Rp 12 miliar. Adapun sekitar Rp 25 miliar berasal dari laba usaha. Untuk bisa mencapai target tahun ini, Bayu Buana telah menyiapkan strategi bisnis, seperti membuat paket tur baru.
Menurut Direktur Bayu Buana Agustinus Pake Seko, perusahaannya akan menambah 10%-15% paket tur baru dari paket tur yang sudah ada saat ini. Dari situs Bayu Buana, paket wisata yang ditawarkan saat ini mencapai 200 paket tur yang terdiri dari paket tur ke Eropa, Australia, Amerika, China, Asia, dan domestik yang terdiri dari paket wisata Bali dan Pulau Komodo.
Selain itu, Bayu Buana bakal memodifikasi paket wisata yang sudah ada agar lebih murah. Hal ini dilakukan untuk menyiasati daya beli masyarakat yang tengah melemah saat ini. Strategi ini juga digunakan untuk menyiasati periode low season sepanjang Januari hingga Juni nanti. Tak mau kalah dengan pesaing, perusahaan ini juga bakal meresmikan situs belanja wisata online sendiri yang bertajuk Hulaa.com pada Agustus nanti.
Bayu Buana mulai tahun ini juga bakal membuka kerjasama kemitraan dalam bentuk waralaba di luar Jakarta. Langkah ini untuk memperluas jaringan distribusi perusahaan. Diharapkan, bakal ada dua hingga tiga terwaralaba, yakni di Pekanbaru, Makassar, serta Palu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News