kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis kabel tertekan lonjakan harga bahan baku


Minggu, 05 November 2017 / 17:45 WIB
Bisnis kabel tertekan lonjakan harga bahan baku


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sampai saat ini, bisnis kabel masih ditopang oleh proyek infrastruktur dan perkembangan industri telekomunikasi. Menurut Noval Jamalullail, Ketua Umum Asosiasi Pabrik Kabel Listrik Indonesia (Apkabel), sampai kuartal ketiga tahun ini penjualan kabel masih memperlihatkan pertumbuhan yang positif.

“Secara umum bisnis kabel masih berjalan cukup baik,” ujar Noval kepada KONTAN (5/11). Sayangnya Noval tidak bisa merinci kenaikan tersebut, namun Apkabel optimistis target pertumbuhan bisnis kabel sebesar 10% di tahun ini bisa tercapai.

Kondisi bisnis kabel kurang lebih sama seperti semester satu tahun ini, di mana kabel alumunium dan serat optik (optic fibre) memperoleh pertumbuhan positif, sedangkan kabel tembaga tergolong stagnan.

“Kabel dengan konduktor tembaga bisa dibilang raihan bisnisnya sama dengan tahun lalu,” ucap Noval. Perlambatan pertumbuhan bisnis kabel tembaga, menurut Noval, dikarenakan sektor penyerapnya seperti bisnis properti dan residensial tengah lesu.

Sementara penjualan kabel alumunium terkerek naik akibat mega proyek 35.000 mega watt Perusahaan Listrik Negara (PLN). Ditambah pula proyek infrastruktur dan transmisi. Sedangkan kabel optic tumbuh sangat pesat lantaran permintaan proyek Palapa Ring.

Sampai September 2017 lalu, loading capacity kabel serat optic telah mencapai angka 90%. Loading capacity atau utilisasi pasokan kabel optik didukung oleh kapasitas terpasang nasional yang tercatat 9 juta scKm per tahun.

Salah satu tantangan terbesar industri kabel saat ini ialah persoalan bahan baku. “Kenaikan harga bahan baku yang cukup signifikan menyebabkan kondisi saat ini ada perlambatan,” terang Noval.

Contohnya, kata Noval, kenaikan bahan baku kabel alumunium telah menembus angka 10-15% di dunia saat ini. “Belum lagi kenaikan tembaga yang hampir 30%,” sebutnya.

Adapun utilitas kabel tembaga hanya berada pada kisaran 60-70% dari kapasitas terpasang nasional yang 380 ribu ton per tahun. Sementara untuk alumunium, kata Noval, terkerek naik utilitasnya diatas 80% dari kapasitas terpasang 170 ribu ton per tahun.

Salah satu produsen kabel seperti, PT Jembo Cable Company Tbk (JECC) sampai kuartal ketiga 2017 pertumbuhan penjualannya terbilang mini.

Menilik laporan keuangannya, perusahaan memperoleh penjualan bersih dalam sembilan bulan pertama pada tahun ini sebesar Rp 1,6 triliun, naik 3,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 1,55 triliun.

Sedangkan laba bersih perseroan terperosok 35% dari Rp 123 miliar menjadi Rp 79 miliar. "Bahan baku yang naik karena mengikuti harga komoditas mempengaruhi laba kami," ujar Antonius Benady, Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan JECC.

Hal ini terlihat dari naiknya beban pokok produksi sebesar 5,8%, dari Rp 1,19 triliun menjadi Rp 1,26 triliun. Kondisi tersebut mempengaruhi beban pokok penjualan yang meningkat 7% menjadi Rp 1,37 triliun di kuartal ketiga 2017 ini.

Penjualan PLN memegang porsi besar bagi pendapatan perseroan yakni 39%, atau Rp 633 miliar. Jumlah tersebut meningkat 2,5 kali lipat dibandingkan triwulan ketiga tahun lalu yang hanya Rp 277 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×