Reporter: Izzatul Mazidah, Sinar Putri S.Utami, RR Putri Werdiningsih | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina
JAKARTA. Tak terdengar ingar-bingar tapi pasarnya menyehatkan kantong. Kira-kira begitulah gambaran bisnis rumah sakit. Tak heran jika sejumlah taipan ekspansif dan membesarkan bisnis ini.
Lihat saja, PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk, pengelola rumah sakit Omni Hospitals mengalokasikan Rp 100 miliar-Rp 140 miliar untuk belanja modal tahun ini. "Langkah ini merupakan batu loncatan bagi Omni Hospitals untuk terus maju," ujar Hassan Themas, Direktur Sarana Meditama Metropolitan, kepada KONTAN, Jumat (30/5).
Grup Mayapada, pemilik Mayapada Hospital, menyiapkan dana Rp 1 triliun-Rp 1,5 triliun untuk membangun rumah sakit ketiga di Surabaya, Jawa Timur. Investasi ini belum termasuk biaya menambah menara di rumah sakit kedua yang terletak di Jakarta Selatan.
Grup Ciputra juga makin asyik berbisnis rumah sakit. Setelah membuka di Cikupa, Tangerang, PT Ciputra Development Tbk akan membangun dua rumah sakit lagi di GardenCity, Jakarta dan CitraLand Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Nilai investasi masing-masing Rp 200 miliar.
Bagian dari Grup Ciputra ini memang sengaja memilih lokasi di area proyek perumahannya. "Sebab, area tersebut yang paling siap dibangun dari sisi infrastruktur, persaingan kompetitor, dan konsumennya," ujar Corporate Secretary Grup Ciputra, Tulus Santoso.
PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (Emtek), juga makin serius di bisnis ini . Dalam keterangan resminya (29/5), grup yang lebih dikenal terjun di bisnis media ini baru saja mendapat kucuran dana dari Standard Chartered Private Equity sebesar US$ 50 juta untuk untuk pengembangan bisnis kesehatan. Tahun lalu, perusahaan ini membeli Rumah Sakit Usada Insani di Tangerang, senilai Rp 200 miliar. Di Surabaya, Emtek juga membesarkan bisnis rumah sakit menggandeng Grup Pakuwon Jati.
Cara lain di tempuh Grup Salim yang memilih membesarkan bisnis rumah sakit dan healthcare di luar negeri. Di Singapura, Grup Salim menguasai Asiamedic Limited, pebisnis pusat perawatan kesehatan mewah. Lewat Grandiflora Ltd, Salim menjalin kongsi dengan Chaerul Tanjung menguasai sekitar 24% saham AsiaMedic.
Selain Singapura, Salim juga membesarkan jaringan Asia Hospital di Filipina. Pekan lalu, Salim berkongsi dengan dengan GIC, perusahaan investasi milik Pemerintah Singapura, untuk membesarkan Asia Hospital.
Tentu saja nama Grup Lippo sudah melegenda di rumah sakit. Kini, Lippo mengelola sekitar 14 Siloam Hospital. Taipan lain, Grup Sinar Mas juga berbisnis rumah sakit dengan merek Eka Hospital.
Pengakuan Tahir, pemilik Grup Mayapad, bisnis rumah sakit tidak bisa dinikmati secara cepat. Sebab balik modal investasi bisnis rumah sakit bisa memakan waktu tujuh tahun hingga delapan tahun. "Karena uangnya harus ditanam kembali untuk meningkatkan kualitas, seperti alat dan perawat," kata Tahir, pemilik Grup Mayapada.
Grup Ciputra pun mengakui kontribusi bisnis rumah sakit baru 5%. "Angkanya masih kecil, tapi kami melihat pasti akan naik tahun depan," ujar Tulus optimistis.
Sarana Meditama juga yakin, bisnis yang digeluti menjanjikan, setidaknya dari perjalanan harga saham. "Sebelumnya, harga penawaran saham pertama kami Rp 400 per saham. Lalu, di Maret 2014 sudah mencapai Rp 2.515 per saham," tutur Hassan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News