Reporter: Femi Adi Soempeno |
JAKARTA. Boeing Co. membuka pelatihan bagi pilot untuk menerbangkan Boeing 787 Dreamliner di Boeing Training and Flight Services di Changi, Singapura. Sebagai bagian dari training penerbangan, pilot belajar menerbangkan pesawat seri anyar milik pabrikan pesawat asal AS ini dengan 787 Dreamliner full-flight simulator.
Boeing Training and Flight Services untuk 787 Dreamliner full-flight simulator di Singapura ini merupakan negara kedua yang dibuka setelah basis Boeing di Seattle, AS. Selain di Seattle dan Singapura, 787 Dreamliner full-flight simulator ini ada di Tokyo, Shanghai, dan Gatwick Inggris. Boeing membeli delapan unit 787 Dreamliner full-flight simulator dari Thales dengan ongkos sebesar US$ 15-20 juta per unit.
"Dengan adanya training seperti ini, maskapai akan bisa menekan biaya training sekaligus mendapatkan benefit yang maksimal," tukas Mark Albert, Leader 787 & 747-B Training Program Boeing Co. di Singapura, Senin (26/9).
Albert menjelaskan, biasanya pilot yang belum pernah menerbangkan Boeing harus mengikuti training selama 40 hari. Namun, training 787 full-flight simulator ini hanya membutuhkan 20 hari bagi penerbang yang menerbangkan pesawat Boeing seri sebelumnya. Khusus untuk penerbang yang sudah menerbangkan Boeing 777, kelas ini bisa diikuti dalam 5 hari saja.
Pilot maskapai yang membungkus pesawat seri anyar yang mengangkut 210-330 penumpang ini akan mendapatkan seperangkat komputer jinjing alias laptop dengan program-program Boeing yang sudah ditanam sebelumnya. "Komputer ini sangat secure karena harus menggunakan kartu identitas tertentu untuk login," terang Johny Marais, instruktur 787 Dreamliner.
Laptop ini merupakan pengganti setumpuk buku instruksi penerbangan yang sebelumnya jamak digunakan untuk simulasi pesawat-pesawat Boeing. "Kalau dulu semua pilot maupun awak kabin membawa setumpuk buku, saat ini mereka cukup mendapatkan komputer dengan USB sebagai gudang data," kata Albert.
Laptop ini dipasangkan pada panel-panel dengan desain 3D yang menyerupai cockpit. Di tahap ini, pilot mempelajari panel-panel 787 Dreamliner berbasis komputer. Di tahap berikutnya, pilot akan mendapatkan training dengan panel-panel asli yang ukurannya sama dengan panel-panel di 787 Dreamliner.
Sebagai gong-nya, pilot bakal menerbangkan 787 Dreamliner di 787 Dreamliner full-flight simulator bikinan Thales untuk mencoba sensasi terbang. Simulator dengan hyrdaulic and electric system ini memungkinkan pilot untuk melakukan penerbangan pagi atau penerbangan malam, take off dan landing, dan sejumlah efek cuaca seperti hujan salju maupun sengatan matahari dengan pengaturan berbasis komputer. Bahkan, di cockpit 787 full-flight simulator ini penerbang juga bisa mengubah setting bandara-bandara internasional besar seperti Tokyo Haneda Airport dan Singapore Changi Airport.
Pendeknya, 787 Dreamliner full-flight simulator ini memiliki ukuran fisik flight deck yang sama dengan aslinya sehingga mengurangi kesulitan yang selama ini banyak ditemukan dalam simulasi-simulasi penerbangan.
Pilot plus awak kabin juga akan mendapatkan door training di kelas Boeing Training and Flight Services. Maklum, desain interior pesawat ini berbeda dengan seri-seri sebelumnya. "Pesawat ini didesain dengan kenyamanan yang maksimal meski jarak tempuh yang cukup panjang. Jendela lebih besar, tampilan jendela pada pintu pesawat sudah elektrik, warna lampu LED yang hijau, dan pintu berbobot 300 pounds!" tegas Megan A. Smith, instruktur Door Training Boeing.
Boeing mengklaim 787 Dreamliner merupakan pesawat yang paling irit bahan bakar dan pesawat pertama di dunia yang ramah lingkungan dengan menggunakan composite materials untuk sebagian besar konstruksinya. 787 Dreamliner yang kini sudah dipesan oleh 55 maskapai di seluruh dunia ini memuat 50% composite, 20% alumunium, 15% titanium, 10% baja dan 5% sisanya merupakan material lain-lain. Bila dihitung secara bobot, 80% dari pesawat ini adalah composites.
Alumunium digunakan untuk sayap dan ekor, titanium digunakan untuk mesin dan beberapa bagian yang mempercepat kepakan si burung besi Boeing. Penggunaan baja tersebar di sejumlah titik. Sementara itu carbon fiber composites yang dibuat dari 23 ton carbon fiber digunakan untuk fuselage, pintu, sayap, ekor dan interior.
Boeing telah membangun dan menguji penggunaan composites untuk pesawat komersial pertama dengan menguji Sonic Cruiser sekitar lima tahun lalu. Bell Boeing V-22 Osprey menggunakan lebih dari 50% composites, dan C-17 juga memiliki lebih dari 16.000 LBS structural composites.
Per Agustus 2010, Boeing sudah mendapatkan 847 pesanan Boeing 787 Dreamliner.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News