Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) meminta supaya proyek kilang gas alam cair (Liquified Natural Gas/LNG) di Masela dipercepat dua tahun dari target sebelumnya.
Kepala Divisi Humas, Sekuriti, dan Formalitas BP Migas Gde Pradnyana menyebut, sejauh ini proyek kilang LNG Masela masih berjalan sesuai jadwal. "Inpex mengusulkan proyek bakal onstream di 2018, tapi kami coba minta dipercepat di 2016," kata Gde, Minggu (5/2).
Saat ini, kata Gde, proyek Masela masih melakukan tender tahap prakualifikasi desain rinci (front end engineering design/FEED) proyek kilang gas alam cair (liquified natural gas/LNG) terapung Masela. Menurutnya, tahap prakualifikasi FEED yang berlangsung sejak Juli tahun lalu dan sempat direvisi itu pun ditargetkan rampung Maret tahun ini. Kemudian, akan dilanjutkan dengan tahap FEED.
Penyelesaian FEED diperkirakan akan memakan waktu sekitar 1,5 tahun - 2 tahun. Kemudian, akan dilanjutkan dengan tahap rekayasa, pengadaan, dan konstruksi (engineering, procuremen, and construction/EPC) selama 3 tahun hingga 4 tahun.
Dengan jadwal pembangunan seperti ini, kata Gde, Inpex mengajukan target penyelesaian proyek pada 2018. Tetapi, BP Migas tetap berkeras mempercepat proyek ini sehingga bisa rampung dua tahun lebih cepat atau di 2016.
Meski demikian, masih ada kemungkinan penyelesaian proyek kilang LNG terapung pertama di Indonesia ini mundur. Pasalnya, dia mengakui, proses tender bisa saja berlangsung lama. "Misalnya jika tender ulang karena tidak ada bidder yang lolos atau jumlah yang lolos kurang dari persyaratan minimum dan lain-lain," jelas Gde.
Sekretaris Perusahaan INPEX Indonesia Alfred Menayang membenarkan, pihaknya masih menyelesaikan tahap prakualifikasi FEED. “Awal tahun depan baru bisa dilakukan EPC,” kataanya. Pasalnya, proyek kilang gas alam cair kedua di Indonesia Timur itu mengalami beberapa penyesuaian usai masuknya Shell Upstream Overseas Service Limited dalam konsorsium. Seperti diketahui, Juli tahun lalu Shell resmi membeli saham sebesar 30%.
Selain itu, proyek ini juga harus mengubah FEED, karena penurunan kapasitas kilang dari 4 juta ton per tahun menjadi hanya 2,5 juta ton per tahun. “Perlu ada revisi FEED berdasarkan penurunan kapasitas tersebut,” jelas Alfred.
Proyek Masela merupakan eksploitasi gas lepas pantai dengan kedalaman lebih dari 600 meter di bawah permukaan laut, sekaligus pembangunan kilang LNG terapung pertama di Indonesia. Proyek ini diperkirakan membutuhkan biaya investasi hingga US$ 19 miliar. Saat ini komposisi saham di Masela adalah INPEX memegang 60%, Shell 30%, dan PT EMP Energi Indonesia 10%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News