Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Azis Husaini
JAKARTA. PT Baramulti Susesarana Tbk melalui anak usahanya PT Antang Gunung Meratus (AGM) melakukan pembelian aset senilai Rp 74 miliar. Hal ini dilakukan untuk memperkuat infrastruktur penunjang bagi bisnis pertambangan batubara perusahaan. Jumlah tersebut digunakan untuk membeli 8 unit Kapal Tunda, 12 unit Tongkang dan 5 unit mesin Kapal Tunda dari PT Armada Pelayaran Rakyat Indonesia yang merupakan perusahaan terafiliasi.Transaksi ini akan memberikan efektifitas kepada AGM yang sebelumnya masih menyewa Kapal Tunda dan Tongkang untuk keperluan pengangkutan batubara.
Sebelumnya, selain fokus pada pertambangan batubara BSSR juga fokus pada infrastruktur transportasi batubara. Tahun lalu, AGM juga telah menyelesaikan beberapa proyek infrastruktur antara lain crushing plant 1000 ton per hour (tph) di Ida Manggala, Conveyor Belt baru, 1 unit Macgregor dan 3 unit liegherr crane di Sungai Puting dengan nilai investasi US$ 6,17 juta.
Sampai dengan semester I tahun ini, penjualan BSSR terlihat mengalami penurunan penjualan 21,56% dari periode yang sama tahun lalu US$ 137,37 juta menjadi US$ 107,75 juta. Selain itu, laba periode berjalan BSSR juga tercatat mengalami penurunan 39,74% dari US$ 16,96 juta menjadi hanya US$ 10,22 juta. Penjualan pada semester I lebih banyak ke India dengan 52% penjualan kepada Adani Global Pte. Ltd, Kowa Asia Pacific Pte. Ltd, dan Brooklyn Enteprise Pte. Ltd.
Bernadeth Conny, Sekretaris Perusahaan mengatakan dengan melakukan pembelian kapal-kapal tersebut akan memberikan efisiensi yang diharapkan akan meningkatkan pendapatan perusahaan ke depannya. Sebab, di sisi pengeluaran, nantinya beban pengeluaran berupa sewa kapal untuk transportasi angkutan batubara akan terpangkas melalui pembelian aset tersebut.
"Ini kan transaksi afiliasi, intinya tongkang atau thug boat itu memang kami pakai sehari-sehari, itu kan kita bayar sewa nah dengan pembelian di harga itu tentu lebih efisien," ujarnya kepada KONTAN, Selasa (6/9).
Seperti diketahui, tahun ini target produksi BSSR mencapai 8,6 juta ton atau 11% lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi tahun lalu yang mencapai 7,74 juta ton. Apalagi perusahaan juga tengah membidik pasar ekspor baru ke Tiongkok dan juga meningkatkan penjualan domestik hingga 40%, salah satu market yang dituju yakni IPP sebagai penunjang, khususnya bahan bakar batubara untuk PLTU terkait dengan mega proyek 35.000 Mw.
Memang dari anggaran belanja modal tahun ini yang dialokasikan senilai US$ 6,6 juta lebih banyak digunakan untuk pembangunan infrastruktur pendukung pertambangan. Selain itu, jumlah tersebut juga digunakan untuk pengadaan mesin dan alat berat serta fasilitas lainnya, dengan rincian US$ 2,85 juta untuk membangun infrastruktur, US$ 1,1 juta dan pengadaan fasilitas pendukung lainnya mencapai US$ 2,65 juta.
Saat ini perusahaan belum mendapatkan kontrak baru sehingga pihaknya akan melakukan re-negosiasi kontrak dengan kontraktor untuk penyesuaian harga jasa penambangan menyesuaikan penurunan harga batubara. Pada tahun ini, AGM ditargetkan mampu memproduksi batubara sebanayk 7,1 juta ton, sedangkan sisanya akan dihasilkan dari tambang di Blok Bara 1 dan 2 di Kalimantan Timur yang diproyeksikan mampu memproduksi 1,5 juta ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News