Reporter: Noverius Laoli | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Pengadaan sapi domestik masih menjadi prioritas pemerintah saat ini. Sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah disiapkan untuk membantu menstabilkan harga daging sapi. Selain PT Berdikari Persero, pemerintah juga masih menugaskan Perum Bulog untuk menstabilkan harga sapi. Saat ini, BUMN Pangan tersebut sedang melobi pemasok sapi skala besar dari Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk mendapatkan sapi dengan harga ideal.
Bulog membutuhkan sapi minimal rata-rata 500 ekor sampai 750 ekor tiap bulan. Untuk memenuhi kebutuhan itu, Bulog tengah melakukan pembicaraan bisnis dengan sejumlah pemasok sapi besar dari NTT. Bulog menginginkan agar para pemasok itu dapat menjual sapi dengan harga tetap alias flat sepanjang masa kontrak pembelian.
"Kami harapkan harga sapi dari NTT sampai ke Tanjung Priok Jakarta tidak lebih dari Rp 40.000 per ekor hidup," ujar Direktur Pengadaan Bulog Wahyu kepada KONTAN, Kamis (3/3).
Wahyu berharap dalam waktu dekat mendapatkan sapi sebanyak 1.000 ekor per bulan dari NTT. Jika mendapatkan harga tetap paling banter Rp 40.000 per ekor hidup sampai Jakarta, maka menurut hitungan Wahyu, Bulog dapat menjual daging sapi di pasaran seharga Rp 85.000 per kg. "Bulog akan mengadakan kontrak jangka panjang dengan NTT dengan harga flat, saat ini masih tahap negosiasi," imbuhnya.
Menurut Wahyu, rencana Bulog mengadakan sapi dari NTT tidak kontraproduktif dengan Berdikari yang sudah mulai melakukan pengadaan sapi dari sana. Sebab, Bulog dan Berdikari selama ini bekerjasama dalam hal pengadaan, penggemukan dan pemotongan sapi. Yang selama ini terjadi, Bulog melakukan pengadaan sapi dan menyimpannya di kandang Berdikari dan swasta serta memotong di Rumah Potong Hewan (RPH) milik Berdikari dan milik swasta juga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News