kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Chevron jual Blok B Natuna, ini kata Medco


Senin, 09 Oktober 2017 / 20:48 WIB
Chevron jual Blok B Natuna, ini kata Medco


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Chevron Indonesia telah mendeklarasikan untuk menjual kepemilikan sahamnya dalam kontrak kerja sama (KKKS) di Blok South Natuna Sea Block B (SNSB). Seluruh saham Chevron di proyek tersebut yang berjumlah 25% akan dilego segera kepada pihak yang berminat.

Dengan keluarnya Chevron dari Blok B Natuna ini pun membuat PT Medco Energi Internasional Tbk untuk sementara harus mengelola blok tersebut sendiri. Padahal Medco baru saja menjadi operator blok tersebut pada awal tahun 2017 setelah berhasil mengakusisi saham Conocophillips dan Inpex sebesar 75%.

Biarpun begitu, Direktur Utama Medco Energi, Hilmi Panigoro bilang aksi Chevron tidak akan pengaruhi produksi Blok SNSB. "Penjualan tersebut tidak akan mempengaruhi produksi karena kami operatornya," tegas Hilmi ke KONTAN pada Minggu (8/10).

Hingga semester I 2017, produksi Blok SNSB mencapai 60.000 boepd. Saat ini Medco sedang dalam tahapan untuk melakukan pengeboran sumur ketiga dan keempat.

"Kami sedang drilling well ketiga da n keempat. Wells satu dan dua sudag selesai dan sudah produksi. Drilling-nya system batch (parallel) untuk efisiensi," ungkap Hilmi.

Iklim Investasi

Fenomena yang terjadi di Blok SNSB cukup menarik. Setelah tahun lalu Conocophillips keluar dari proyek tersebut, disusul oleh Inpex Corporation pada awal tahun, dan terkahir hengkangnya Chevron dari proyek yang ada di Laut Natuna itu menjelang akhir tahun 2017.

Selain Blok SNSB, blok migas lainnya yang harus kehilangan investor adalah proyek East Natuna. Pada tahun ini, Exxonmobil sebagai bagian dari konsorsium East Natuna memutuskan untuk tidak lagi ikut serta di proyek East Natuna dan meninggalkan proyek besar tersebut ke tangan PT Pertamina (Persero).

Turunnya harga minyak dunia memang sellau menjadi alasan. Namun ada faktor lain yang menjadi penyebab keluarnya perusahaan-perusahaan migas asing dari Indonesia.

Komaidi Notonegoro, Direktur Eksekutif ReforMiner Institute mengatakan keluarnyabperudahaan migas aisng dari blok-blok migas Indoensia disebabkan oleh beberapa faktor yang berkombinasi dari sejumlah permasalahan seperti tidak adanya kepastian investasi di Indonesia dan masalah perizinan yang belum juga terpecahkan.

"Selama ini industri migas termasuk Chevron mengeluhkan adanya sejumlah hambatan investasi yang salah satunya masalah perizinan," ujar Koamidi ke KONTAN pada Senin (9/10).

Menurutnya masalah-masalah tersebut membuat iklim investasi Indonesia kurang menarik jika dibandingkan negara-negara lain. "Saya kira yg paling utama adalah masalah iklim investasi. Kemudian disertai mereka punya pilihan investasi di tempat lain yang lebih menarik, termasuk di negara mereka sendiri (Amerika Serikat) yaitu mengembangkan Shale Oil/Gas yang pengusahaannya terus meningkat," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×