kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

CPO Akan Kembali Berjaya


Selasa, 29 Desember 2009 / 18:39 WIB
CPO Akan Kembali Berjaya


Reporter: Nadia Citra Surya |

SEJAK beberapa tahun terakhir, komoditas kelapa sawit telah menggeser posisi kayu dan produk-produk olahannya sebagai produk andalan hasil hutan Indonesia. Bahkan, Indonesia telah menjadi negara penghasil minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) terbesar. Nilai ekspor CPO Indonesia di tahun 2008 telah mencapai US$ 12,4 miliar. Devisa tersebut berasal dari hasil penjualan 16,7 juta ton minyak sawit ke pasaran dunia.

Melihat angka-angka itu, wajar jika pemerintah memberikan perhatian khusus kepada industri ini. Baru-baru ini, Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa menyatakan, pemerintah memberikan perhatian khusus pada infrastruktur yang terkait dengan industri CPO dalam program 100 hari Kabinet Indonesia Bersatu II. Tujuannya adalah untuk meningkatkan produksi.

Pemerintah menargetkan, produksi CPO tahun 2010 akan mencapai 22 juta ton, meningkat 15,8% dari produksi tahun 2009 yang sekitar 19 juta ton. Dalam 10 tahun yang medatang, pemerintah berharap, produksi CPO bisa mencapai 40 juta ton.

Toh, Hatta Rajasa mengakui bahwa pemerintah belum bisa menganggarkan dana besar untuk industri CPO. "Kita tetap harus selektif karena pembangunan tetap harus memperhatikan semua sektor. Jika tidak, yang besar makin besar sementara komoditas kecil akan tetap terjepit," ujarnya beberapa waktu lalu.

Yang jelas, pemerintah juga tengah menyiapkan regulasi untuk mendongkrak kinerja industri hilir kelapa sawit yang memiliki nilai tambah tinggi. Betul, kini sudah ada aturan tentang bea keluar progresif untuk ekspor CPO. Selain untuk mendorong industri hilir CPO, aturan ini juga bertujuan menjaga pasokan CPO di dalam negeri.

Pada bulan Januari mendatang, kemungkinan eksportir CPO Indonesia akan kembali terkena bea keluar sebesar 3%, karena harga CPO di pasar Rotterdam telah melewati batas US$ 700 per ton.

Ekspor CPO lebih menarik

Tapi, tampaknya, aturan ini kurang efektif. Para pengusaha tetap lebih memilih menjajakan minyak sawit mentah atau CPO. "Marginnya malah lebih tipis jika harus diolah karena harus bersaing dengan produk-produk sejenis lainnya," bisik seorang sumber KONTAN.

Kini, selain minyak goreng, masih sangat kecil produk turunan yang dihasilkan industri CPO dalam negeri. Ambil contoh produksi bahan bakar nabati atau biodisel. Menurut Ambono Janurianto, Presiden Direktur PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk, dari total kapasitas terpasang produksi biodisel nasional sebesar dua juta ton, yang terpakai baru 500.000 ton. Artinya penyerapan CPO untuk industri tersebut juga baru sekitar 500.000 ton per tahun. "Perbandingan input dan output CPO untuk konsumsi biodisel adalah satu banding satu," jelas Ambono.

Karenanya, pengusaha cenderung meningkatkan ekspor CPO. Kebetulan, di pasar internasional, harga CPO terus membaik. Direktur Eksekutif Oil World Thomas Mielke mengungkapkan, kenaikan harga tersebut seiring dengan kebutuhan CPO dunia yang juga meningkat.

Mielke memperkirakan, meski tidak akan naik tinggi, harga CPO dunia pada 2010 akan stabil di kisaran harga penutupan di tahun 2009 ini. Pemulihan kondisi ekonomi global setelah terpukul krisis keuangan global menjadi penopangnya. "Secara umum, harga CPO akan relatif stabil pada tahun depan," ujar Mielke.

Data Bloomberg menunjukkan, selama paruh kedua 2009 ini, harga CPO di pasar Rotterdam berada di kisaran US$ 650-US$ 780 per ton.

Mielke mengingatkan agar pemain di bisnis CPO selalu mencermati pergerakan harga minyak mentah di pasar internasional. Soalnya, beberapa tahun belakangan ini, tren pergerakan harga minyak mentah di pasar internasional cukup mempengaruhi harga CPO. "Lima tahun yang lalu tidak ada kaitan antara minyak bumi dengan CPO, tapi sekarang ini ketergantungan harga CPO terhadap minyak bumi makin besar," katanya. Alasannya jelas, jika diolah menjadi bahan bakar nabati atau biodisel, CPO bisa menjadi pengganti minyak bumi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×