kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.930.000   20.000   1,05%
  • USD/IDR 16.230   -112,00   -0,69%
  • IDX 7.214   47,18   0,66%
  • KOMPAS100 1.053   7,20   0,69%
  • LQ45 817   1,53   0,19%
  • ISSI 226   1,45   0,65%
  • IDX30 427   0,84   0,20%
  • IDXHIDIV20 504   -0,63   -0,12%
  • IDX80 118   0,18   0,16%
  • IDXV30 119   -0,23   -0,19%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,20%

Dah Makan bukan perantara


Selasa, 29 Agustus 2017 / 10:00 WIB
Dah Makan bukan perantara


Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - Meski harus berhadapan dengan nama-nama besar di industri jasa pengiriman makanan, seperti FoodPanda, UberEats, dan Deliveroo, Dah Makan tak gentar. Apalagi perusahaan rintisan (startup) Malaysia ini tampil dengan konsep beda.

Para pesaing Dah Makan bertindak sebagai perantara, yang mengambil makanan dari restoran atau kedai lalu mengantarkannya ke pelanggan. Sementara Dah Makan tidak berperan sebagai perantara.

Startup yang berdiri Januari 2015 lalu itu mengirim makanan dari dapurnya sendiri. Jonathan Weins, pendiri sekaligus Chief Executive Officer (CEO) Dah Makan, bilang, konsep perusahaannya merupakan hasil dari identifikasi inefisiensi model yang digunakan Foodpanda dan layanan “perantara” lainnya.

Alih-alih mencoba menciptakan pasar baru, Dah Makan ingin mengendalikan seluruh rantai nilai termasuk produksi makanan dan logistik. Sehingga, bisa membangun layanan pengiriman yang lebih efisien.

“Selama ini, pelanggan memesan makanan melalui model marketplace dari restoran yang mungkin tidak dioptimalkan untuk pengiriman,” kata Weins.

Model ini tidak hanya memengaruhi kualitas, tapi juga nilai makanan. Soalnya, pelanggan membayar makanan yang mereka pesan dari restoran yang lebih condong menyajikan makanan untuk dimakan di tempat ketimbang dibawa pulang.

Menurut Weins, di restoran yang fokus menyajikan makanan untuk dimakan di tempat, pelanggan juga membayar untuk pelayanan yang baik, branding, suasana, musik, dan sebagainya. “Kemudian, untuk mengirim makanan ke rumah, pelanggan juga mesti membayar biaya pengiriman dan layanan yang lumayan besar nilainya,” ujar Weins yang pernah bekerja di FoodPanda.

Nah, Dah Makan yang baru saja mengantongi pendanaan dari investor sebesar US$ 700.000 mengubah konsep tersebut, dengan memusatkan semua pesanan dan memproduksinya di satu dapur. “Kami sangat menghemat biaya tenaga kerja dan bekerja dengan proses massal. Alih-alih memasak beberapa panci kecil, kami bisa membuat satu panci besar,” ungkap Weins.

Dan, itu juga berarti Dah Makan bisa mendapatkan harga pembelian yang jauh lebih baik dari pemasok. “Ini jelas memberi kami lebih banyak daya tawar daripada restoran kecil yang melayani beberapa ratus pesanan,” kata Weins yang mendirikan Dah Makan bersama dengan Christian Edelmann dan Jessica Li.

Teknologi logistik

Teknologi memainkan peran penting dalam model bisnis Dah Makan. Tim pengembang startup ini membangun sebuah algoritme routing untuk menemukan rute paling efisien untuk para driver yang mengantarkan makanan.

Mereka juga menciptakan sebuah “alat peramal” dengan menggunakan teknologi pembelajaran mesin untuk membantu memprediksi permintaan atau order pada hari-hari tertentu. Ini memungkinkan Dah Makan menjadi lebih efisien sekaligus menjaga rata-rata limbah makanan di bawah target 5%.

Efisiensi juga membuat Dah Makan membebaskan biaya pengiriman makanan alias gratis, bahkan tanpa batasan minimum order. Weins mengungkapkan, resep rahasianya ada di teknologi logistik, yang dikembangkan timnya selama dua tahun belakangan.

Weins mengklaim, teknologi ini memungkinkan perusahaannya melakukan pengiriman 10 kali lebih banyak per jam dibanding pesaing. “Dengan cara ini, biaya pengiriman jadi minimal dan kami bisa menyerap sisa biaya alih-alih memaksa pelanggan membayar ongkos kirim makanan,” ujarnya.

Untuk sisa tahun ini, Dah Makan masih akan fokus membangun kehadirannya di Kuala Lumpur. Saban bulan, mereka telah mengirimkan puluhan ribu pesanan makanan ke pelanggan di Ibu Kota Malaysia dan sekitarnya.

Ke depan, Dah Makan mengincar Bangkok, Hong Kong, Jakarta, dan Singapura sebagai pasar potensial. Jessica Li, Pendiri dan Chief Operating Officer (COO) Dah Makan, mengatakan, rencana masuk ke pasar di luar Malaysia mulai berjalan di kuartal IV-2017.

Untuk ekspansi usaha, Dah Makan sudah mendapat suntikan dana dari investor total US$ 2 juta. Investor mereka, misalnya, Y Combinator (YC), NFQ Capital, East Ventures. “Pendanaan terutama digunakan untuk merekrut talenta-talenta di bidang teknologi dan pemasaran,” beber Li.

Dah Makan menargetkan, dalam sembilan bulan ke depan mereka sudah bisa mendekap keuntungan. “Kami ingin membuat pengiriman makanan lebih terjangkau dan nyaman,” tambah Weins.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Digital Marketing for Business Growth 2025 : Menguasai AI dan Automation dalam Digital Marketing

[X]
×