Reporter: Juwita Aldiani | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Masalah yang datang bertubi-tubi sejak akhir tahun lalu membuat kinerja PT Dwi Aneka Jaya Kemasindo Tbk tertekan. Salah satu masalah yang membuat masalah besar adalah, kebakaran di Plant 3 milik Dwi Aneka Jaya Kemasindo.
Memang pabrik plant 3 tersebut terbakar tahun lalu, tetapi dampaknya dirasakan oleh manajemen Dwi Aneka Jaya Kemasindo tahun ini. Akibat kebakaran pabrik, produksi offset printing dan corrugated carton turun. Penurunan produksi langsung berimbas pada penurunan penjualan.
Beruntung emiten berkode saham DAJK di Bursa Efek Indonesia (BEI) tersebut masih bisa menorehkan penjualan dari hasil produksi di dua pabrik mereka yang lain. "Sebelum pabrik terbakar penjualan kami Rp 90 miliar per bulan, sekarang hanya Rp 10 miliar -15 miliar," kata Sekretaris Perusahaan DAJK, Dinna Afrianti kepada KONTAN Minggu (19/06).
Dengan penjualan minim, target pertumbuhan penjualan 20% yang dirancang awal tahun dipastikan Dinna tak akan tercapai. Selain target, rencana pembangunan pabrik corrugated carton anyar di Subang dipastikan tertunda.
Dinna bilang, agar bisa bertahan, perusahaan saat ini sedang mencari investor strategis lewat pendanaan pasar modal dengan penerbitan saham baru atau rights issue. "Kami ajukan proposal ke investor dengan permintaan dana Rp 1 triliun," ujar Dinna.
Jika suntikan dana itu diperoleh, akan digunakan sebagai modal kerja, termasuk bangun pabrik pengganti Plant 3, membangun pabrik di Subang, serta restrukturisasi utang bagi kreditur yang saat ini dalam proses penyelesaian PKPU. DAJK juga terlilit masalah utang yang saat ini dalam proses restrukturisasi.
Yang jelas, beragam masalah yang melanda membuat kinerja DAJK merah. Pada kuartal I-2016, DAJK menoreh kerugian Rp 1,45 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News