kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.758.000   -23.000   -1,29%
  • USD/IDR 16.565   0,00   0,00%
  • IDX 6.511   38,26   0,59%
  • KOMPAS100 929   5,57   0,60%
  • LQ45 735   3,38   0,46%
  • ISSI 201   1,06   0,53%
  • IDX30 387   1,61   0,42%
  • IDXHIDIV20 468   2,62   0,56%
  • IDX80 105   0,58   0,56%
  • IDXV30 111   0,69   0,62%
  • IDXQ30 127   0,73   0,58%

DEWA akan garap proyek milik BRMS


Jumat, 28 November 2014 / 15:57 WIB
DEWA akan garap proyek milik BRMS
ILUSTRASI. 7 Cara Mengatasi Facebook Lite Tidak Bisa Dibuka, Pengguna Wajib Coba. REUTERS/Dado Ruvic/File Photo


Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Johana K.

JAKARTA. Jika biasanya PT Darma Henwa Tbk (DEWA) melakukan pengupasan kulit dan produksi batubara, kini perseroan mulai menggarap proyek bawah tanah (underground) yang memproduksi seng dan timah hitam. 

Namun, proyek ini tidak jauh-jauh dari pihak terafiliasi, Grup Bakrie. Proyek yang terletak di Sumatera Utara ini milik PT Dairi Prima Mineral (DPM) yang sahamnya dikuasai PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS). 

Wachjudi Martono, Presiden Direktur DEWA mengatakan, total nilai proyek yang diperoleh mencapai US$ 172 juta. 

"Proyek ini dibagi tiga, earth movement, persiapan infrastruktur untuk smelter, dan persiapan infrastruktur untuk daerah pembukaan lahan kerja underground mining," ujarnya, Jumat (28/11). 

Proses pra produksi ini akan dimulai akhir tahun 2015 mendatang. Adapun, proses produksi diperkirakan akan dimulai pada 2018 hingga 2019. DEWA akan menggandeng sejumlah pihak dalam pengerjaan proyek bawah tanah ini. 

Sebagai pemain baru, DEWA akan mengajak China Nonferrous Metal Industry’s Foreign Engineering and Construction Co., Ltd. (NFC). NFC merupakan kontraktor tambang bawah tanah terbesar di China. Perseroan juga akan meneken kerjasama dengan produsen bahan peledak BUMN, PT Dahana. 

Pada tahap awal, volume produksi timah yang akan ditambang sekitar satu juta ore. Menurut Wachjudi, bisnis underground ini merupakan persiapan perseroan dalam menghadapi kian minimnya lahan tambang batubara terbuka (open pit). 

"Sekitar 10-15 tahun lagi, open pit makin kecil, jadi kami mempersiapkan diri untuk (proyek) underground, tidak hanya batubara," imbuh Wachjudi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×