kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Diplomasi ekspor penting, tapi pengendalian produksi batubara juga diperlukan


Minggu, 29 November 2020 / 18:51 WIB
Diplomasi ekspor penting, tapi pengendalian produksi batubara juga diperlukan
ILUSTRASI. Importir Tiongkok menyetujui pembelian batubara Indonesia ialah sebesar US$ 1,46 miliar atau setara Rp 20,6 triliun.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. China menyepakati peningkatan impor batubara dari Indonesia. Melalui kesepakatan antara Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) dan China Coal Transportation and Distribution (CCTDA), para importir Tiongkok menyetujui pembelian batubara Indonesia ialah sebesar US$ 1,46 miliar atau setara Rp 20,6 triliun.

Ketua Indonesia Mining and Energy Forum (IMEF) Singgih Widagdo menilai kesepakatan tersebut signifikan bagi industri dan bisnis batubara Indonesia. Sebab, China merupakan pasar paling dominan dengan porsi sekitar 33% dari total ekspor batubara Indonesia.

Apalagi di tengah kondisi pandemi covid-19, mencari pasar untuk menyerap produksi batubara bukan lah hal yang mudah. "Dengan komitmen Cina untuk menyerap batubara Indonesia, tentu sangat memberikan arti ditengah tekanan Covid-19. Namun, Cina pun diuntungkan juga dengan memperbesar kebutuhan batubaranya dari Indonesia, khususnya setelah indeks manufaktur mereka membaik kembali," kata Singgih kepada Kontan.co.id, akhir pekan ini.

Lebih lanjut, Singgih berpandangan bahwa selain dengan China, diplomasi perdagangan juga penting dilakukan terhadap India. Mengingat India merupakan pasar utama ekspor batubara Indonesia setelah China. Kedua negara tersebut menggenggam 57% dari komposisi ekspor batubara Indonesia.

Baca Juga: Pemerintah jajaki kerjasama perdagangan batubara ke sejumlah negara Asia

Menurutnya, China dan India sangat strategis. Sebab, meskipun pasar di negara lain seperti Vietnam, Bangladesh dan Malaysia sedang tumbuh, tapi dari sisi kebutuhan energi, pasar China dan India masih menjadi yang utama.

"Tentu komunikasi perdagangan yang difasilitasi oleh Pemerintah untuk pasar Cina, juga sebaiknya diupayakan juga untuk pasar India," kata Singgih.

Kendati begitu, dengan pasar batubara yang semakin ketat serta isu-isu lingkungan, Singgih menekankan bahwa pemerintah dalam hal ini Kementerian ESDM tetap harus bisa mengendalikan produksi batubara nasional.

"Pemerintah tetap harus mulai mengatisipasi langkah dalam mengendalikan total produksi nasional. Dan ini harus dipersiapkan, menjelang dikembalikannya perijinan dari Pemerintah Daerah ke Pemerintah Pusat," terang Singgih.

Kata dia, prospek batubara masih tetap baik, meski tidak bisa kembali pada posisi di tahun 2018. Supaya tidak tergantung pada pasar ekspor, menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk bisa meningkatkan pemanfaatan batubara di dalam negeri.

"Pekerjaan rumah terpenting selain ekpsor tentu bagaimana pemanfaatan batubara di dalam negeri dapat ditingkatkan dengan berbagai langkah yang secara ekonomi dapat dilakukan," imbuh Singgih.

Merujuk data Kementerian ESDM, hingga Oktober 2020, realisasi produksi batubara Indonesia mencapai 459 juta ton. Angka itu setara dengan 83% dari target produksi batubara nasional tahun ini yang sebesar 550 juta ton.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 327 juta ton batubara diekspor dengan nilai sebesar US$ 13,38 miliar. Sedangkan batubara yang dipakai untuk kepentingan di dalam negeri (DMO) sebesar 109 juta ton atau baru 70% dari target DMO tahun ini yang dipatok sebesar 155 juta ton.

Mengutip keterangan resmi Kementerian ESDM, Komitmen para importir Tiongkok yang menyetujui pembelian batubara Indonesia ialah sebesar US$ 1,46 Miliar atau setara Rp 20,6 triliun. Kerjasama antara APBI dan CCTDA itu digelar pada Rabu (25/11) lalu.

Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia menyampaikan, kesepakatan penjualan batubara Indonesia ke Tingkok akan meningkatkan volume perdagangan. "Ini merupakan bagian dari kesepakatan untuk meningkatkan kerjasama anatara kedua negara untuk mencapai volume perdagangan 200 juta ton di tahun 2021" kata Hendra.

Selanjutnya: Harga batubara bangkit, simak rekomendasi saham pilihan analis berikut

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×