Reporter: Titis Nurdiana | Editor: Titis Nurdiana
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) yakin masih mampu menyelamatkan maskapai milik negara ini. Optimisme ini nampak dari paparan Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Irfan Setiaputra di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Komisi VI, kemarin (21/6)
Pertama, masalah belitan utang jumbo. Dirut Garuda Indonesia (GIAA) yakin, beban keuangan dapat diselesaikan dengan opsi pengajuan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang alias PKPU).
Atas opsi ini, Garuda (GIAA) dan para kreditur memiliki waktu 270 hari alias 9 bulan untuk menegosiasikan utang Garuda. Bila disepakati kedua pihak, Garuda dapat merestrukturisasi utang. Namun bila tidak, ada potensi Garuda digugat pailit.
Kedua, dari empat opsi misi penyelamatan Garuda Indonesia (GIAA), manajemen Garuda condong memilih opsi penyelamatan kedua dan ketiga. Pengakuan Irfan, Garuda tidak ingin membebankan pemerintah dengan utang yang ada.
Jika merujuk empat opsi atas masalah Garuda, opsi kedua adalah menggunakan hukum perlindungan kebangkrutan untuk merestrukturisasi Garuda Indonesia. Pemerintah akan menggunakan legal bankruptcy process untuk merestrukturisasi kewajiban meliputi utang, sewa, dan kontrak kerja.
Baca Juga: Karyawan Garuda (GIAA) yang ajukan pensiun dini 1.099 orang, belum capai efisiensi
Lalu opsi ketiga, pemerintah merestrukturisasi Garuda Indonesia dan mendirikan perusahaan maskapai nasional baru. Pemerintah akan membiarkan Garuda Indonesia melakukan restrukturisasi utang.
Saat yang bersamaan, pemerintah mendirikan perusahaan maskapai penerbangan domestik baru yang akan mengambil alih sebagian besar rute domestik perseroan. Perusahaan anyar itu juga akan menjadi national carrier di pasar domestik. Estimasi modal yang dibutuhkan untuk membuat perusahaan baru mencapai US$ 1,2 miliar.
"Pilihan yang kami ambil lebih ke opsi ke dua dan tiga, restrukturisasi, karena utang ini enggak mungkin kalau mesti ditanggung pemerintah," tambahnya.
Sepanjang 2020 Garuda mengalami kerugian mencapai US$2,5 miliar atau setara Rp35 triliun dengan kurs Rp 14.000 per dollar AS, seperti tercatat dalam laporan keuangan belum diaudit.
Baca Juga: Jika penyelesaian kredit Garuda pakai skema debt to equity swap, apakah bank untung?
Kinerja Garuda ini terjun bebas dari laporan keuangan perusahaan yang tahun 2019 masih membukukan untung US$6,99 juta. Kerugian Garuda lantaran anjloknya pendapatan sebesar 78%.
Sementara, total kewajiban atau utang Garuda sepanjang 2020 mencapai US$9,57 miliar atau setara Rp134 triliun.
Ketiga, Garuda memutuskan akan menutup beberapa rute penerbangan internasional. Juli mendatang, penerbangan menuju Melbourne dan Perth, Australia akan ditutup. Penerbangan menuju Australia hanya akan dibuka untuk tujuan Sydney, itu pun hanya seminggu sekali.
Kempat, Garuda uga tengah mempertimbangkan penutupan destinasi Amsterdam, Kuala Lumpur, dan Seoul. Penerbangan Singapura juga akan dipangkas. Sementara, tujuan ke Osaka, Jepang juga sudah lebih dulu ditutup.
Adapun destinasi yang masih menguntungkan adalah Bangkok, Hong Kong, serta China.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News