kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45929,53   1,89   0.20%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dua kontrak baru menopang Petrosea


Selasa, 17 April 2018 / 11:10 WIB
Dua kontrak baru menopang Petrosea
ILUSTRASI.


Reporter: Aulia Fitri Herdiana | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Petrosea Tbk mengklaim telah membukukan pendapatan US$ 92,5 juta sepanjang triwulan pertama 2018. Sementara di periode yang sama, perolehan laba kotor sekitar US$ 10,1 juta dan laba bersih US$ 1,5 juta.

Sebagai catatan, jika dibandingkan dengan pendapatan periode yang sama tahun lalu yakni US$ 58,46 juta, pendapatan kuartal I-2018 tumbuh 58,23% year on year (yoy). Bahkan, pendapatan itu juga melebihi target awal Petrosea yang sebesar US$ 89,5 juta.

Manajemen Petrosea mengatakan, penopang kinerja pendapatan adalah dua kontrak baru yang didapat pada awal tahun. "Backlog atau kontrak jangka panjang perusahaan ini menjadi sebesar US$ 1,012 miliar hingga akhir Maret 2018 akibat dua perpanjangan kontrak tersebut," jelas Hanifa Indradjaya, Presiden Direktur PT Petrosea Tbk, saat rapat umum pemegang saham (RUPS) di Balai Kartini, Jakarta, Senin (16/4).

Mengintip keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Petrosea memang tercatat meneken dua perubahan kontrak jasa pertambangan. Pertama, pada 15 Januari 2018, mereka menandatangani kontrak jasa pertambangan senilai 391,6 juta atau sekitar Rp 5,28 triliun dengan PT Indonesia Pratama. Jangka waktu kontrak non afiliasi tersebut selama empat tahun.

Kedua, pada 13 Maret 2018, Petrosea menandatangani kontrak jasa pertambangan dengan perusahaan afiliasi, yakni PT Kideco Jaya Agung. Pemegang saham utama Petrosea dan Kideco adalah PT Indika Energy Tbk. Kontrak dengan Kideco ini berdurasi selama lima tahun dengan nilai sekitar US$ 356,79 juta atau Rp 4,84 triliun.

Peremajaan mesin

Supaya rencana bisnis tahun ini lancar, Petrosea sudah menyiapkan dana belanja modal US$ 112,6 juta. Sebagai perbandingan, tahun lalu perusahaan berkode saham PTRO di Bursa Efek Indonesia ini menganggarkan dana belanja modal US$ 78,19 juta.

Penggunaan belanja modal 2018, sebesar US$ 58,9 juta untuk menambah kapasitas mesin, US$ 18,8 juta mengganti mesin lawas dan US$ 35 juta meremajakan komponen. Maklum, sejumlah mesin Petrosea mulai menua. "Belanja modal kami tahun ini kebanyakan untuk replacement alat, karena beberapa alat tua akan memakan ongkos operasi yang besar," jelas Hanif.

Manajemen Petrosea tak bersedia menyebutkan target pendapatan dan laba 2018. Mereka hanya mengatakan, ingin mengantongi kinerja lebih baik ketimbang pencapaian tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet

[X]
×