kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dua Perusahaan Bangun Pabrik Mainan


Jumat, 26 September 2008 / 17:31 WIB
ILUSTRASI. TAJUK - Hasbi Maulana


Reporter: Abdul Wahid Fauzie | Editor: Test Test

JAKARTA. Adanya pengalihan order produk mainan dari China, mendorong sejumlah investor berlomba-lomba menanam modal di negeri ini. Rencananya, pabrik baru  akan mulai berproduksi pada 2009 mendatang.

Direktur Industri Aneka Departemen Perindustrian (Depperin) Budi Irmawan mengatakan banyak pengusaha asing dan lokal yang berencana membangun pabrik mainan di Indonesia. Menurut Budi, dari lima pengusaha yang berniat itu, dua di antaranya segera merealisasikan rencana tersebut dalam waktu dekat. "PT Leosco Indonesia dan PT Sung Wong Indojaya," katanya, Jumat (26/9).

PT Leosco, kata Budi, akan membangun pabrik di Subang, Jawa Barat, dengan kapasitas sebanyak 7 juta pasang tiap tahunnya. Nilai investasinya mencapai US$ 1 juta. PT Sung Won juga akan membangun pabrik di Subang. Kapasitas produksi pabrik ini diperkirakan mencapai 2,5 juta unit dengan nilai investasi Rp 7,5 miliar. "Mereka telah mendapatkan izin prinsip dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)," tegasnya.

Menurut Budi, banyak investor yang berminat membangun pabrik mainan di negeri ini karena ada pengalihan order dari China ke Indonesia. Negara yang mengalihkan ordernya tersebut adalah Kanada, Inggris, Hong Kong. "Nilai pengalihannya bisa mencapai US$ 50 juta," paparnya.

Importir di ketiga negara itu mengalihkan order karena mainan made in China terindikasi mengandung zat berbahaya untuk anak-anak. Sementara produk Indonesia, selain aman juga memiliki kualitas yang lebih baik jika dibandingkan dengan China.

Ketua Asosiasi Pengusaha Mainan Indonesia (APMI) Widjonarko Tjokroadisumarto mengatakan pembangunan pabrik akan dilakukan secara bertahap seiring dengan pengalihan order yang direncanakan rampung hingga tahun depan. "Saya telah mendengar rencana investasi itu," tegasnya. Ia juga membenarkan tentang pengalihan order dari tiga negara ke Indonesia.

Dengan pengalihan order itu, APMI menaikkan target penjualan produk mainan anak secara nasional pada tahun ini menjadi US$ 250 juta dari target sebelumnya US$ 220 juta. Pasalnya, hingga semester I tahun 2008, penjualan mainan telah menyamai rekor penjualan total pada tahun lalu, yakni sebesar US$ 100 juta. "Kami optimistis target ini akan tercapai," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×