kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.503.000   7.000   0,47%
  • USD/IDR 15.511   28,00   0,18%
  • IDX 7.760   25,02   0,32%
  • KOMPAS100 1.205   3,50   0,29%
  • LQ45 961   2,42   0,25%
  • ISSI 234   1,13   0,48%
  • IDX30 494   1,12   0,23%
  • IDXHIDIV20 593   1,74   0,29%
  • IDX80 137   0,38   0,27%
  • IDXV30 142   -0,50   -0,35%
  • IDXQ30 164   0,08   0,05%

Dugaan penimbunan sapi mulai terkuak


Jumat, 14 Agustus 2015 / 10:54 WIB
Dugaan penimbunan sapi mulai terkuak


Reporter: Adisti Dini Indreswari, Noverius Laoli | Editor: Havid Vebri

JAKARTA. Teka-teki mengenai salah satu penyebab mahalnya harga daging sapi dipasaran mulai terjawab. Upaya Kepolisian turun tangan dengan menyelidiki dugaan penimbunan stok sapi di tingkat pengusaha penggemukan sapi atau feedloter mulai menemui titik terang.

Kemarin, polisi menggerebek peternakan dan penggemukan sapi milik PT Brahman Perkasa Sentosa (BPS) yang berlokasi di Jalan Kampung Kelor Nomor 33, Sepatan Tangerang dan induk usahanya PT Tanjung Unggul Mandiri (TUM) di Jalan Tanjung Burung, Desa Kandang Genteng, Teluk Naga, Tangerang.

Pada dua lokasi ini ditemukan ada 21.993 sapi bakalan dan sekitar 3.164 ekor sapi siap potong pada bulan ini dan ternyata masih berada di peternakan.

Andi Amran Sulaiman, Menteri Pertanian melakaukan inspeksi mendadak ke PT TUM pada Kamis (13/8) kemarin. Amran mengatakan, pasokan sapi siap potong sebenarnya cukup untuk kebutuhan nasional sehingga harga tak perlu naik seperti saat ini.

Dia bilang, stok sapi siap potong milik PT TUM sebanyak 3.164 ekor saat ini cukup untuk memenuhi kebutuhan daging di sekitar wilayah Jabodetabek yang kosong sehingga pedagang daging sapi memutuskan mogok jualan. "Apalagi, sebenarnya PT TUM bisa memasok 200 ekor sapi per hari atau sekitar 6.000 ekor sapi per bulan dan jumlah ini sudah mencukupi kebutuhan," ujarnya, Kamis (13/8) kemarin.

Selain menemukan adanya stok sapi siap potong yang masih di kandang, Amran juga menemukan bahwa PT TUM sewenang-wenang menaikkan harga jual sapi hidup,

Menurutnya, saat Lebaran lalu, PT TUM menjual sapi hidup dengan harga Rp 45.000 per kilogram (kg) dan saat ini hanya turun sedikit menjadi Rp 42.000 per kg. Harga ini jauh di atas harga rata-rata sapi impor hidup dalam sebesar Rp 37.000 per kg.

Amran menghitung, ada selisih Rp 8.000 per kg yang dibebankan kepada konsumen. Alhasil, kenaikan harga daging sapi tak terelakkan lagi karena rantai distribusi yang melalui Rumah Potong Hewan (RPH) dan pedagang daging di pasar.

Amran meminta pihak kepolisian menindak tegas pengusaha importir sapi bakalan ini dan mengevaluasi ulang rekomendasi impor sapi. Saat ini, ada sebanyak 41 industri feedloter dan jika modus mereka serupa dengan PT TUM, ada lebih dari 150.000 ekor sapi siap potong yang masih dikandang.

Tri Nugrahwanto, Supply Chain Manager PT TUM mengelak dituduh menimbun stok sapi potong dan menaikkan harga sapi secara sepihak. Dia bilang, kenaikan harga sapi disebabkan kekhawatiran industri feedloter karena minimnya izin impor yang didapatkan di kuartal III-2015. PT TUM saat ini memiliki kapasitas kandang sebanyak 40.000 ekor, tapi faktanya hanya hanya memiliki sekitar 21.000 ekor sapi.                                  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Efficient Transportation Modeling (SCMETM) Penerapan Etika Dalam Penagihan Kredit Macet

[X]
×