kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dukung transisi energi, GE mundur dari bisnis pembangunan PLTU anyar


Selasa, 09 November 2021 / 15:22 WIB
Dukung transisi energi, GE mundur dari bisnis pembangunan PLTU anyar
ILUSTRASI. Logo General Electric Co.


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. General Electric Company (GE) mundur dari bisnis pembangkit listrik bertenaga batubara. Perusuhan kini memilih untuk fokus berinvestasi di energi terbarukan (EBT) guna mendukung transisi energi bersih di masa mendatang.

Direktur Pengembangan Pasar GE Indonesia Arka W Wiriadidjaja mengungkapkan, saat ini GE telah menarik diri dari pembangkit listrik tenaga batubara yang baru dibangun. Sebenarnya, langkah ini sudah dilakukan GE sejak tahun lalu.

"Kami masih mendukung pelanggan dengan transisi dan layanan hanya untuk pabrik yang ada dan masih dijalankan pelanggan kami," jelas Arka kepada Kontan.co.id, Senin (8/11).

Pertimbangan GE hengkang dari PLTU Batubara yang baru dibangun karena akan fokus berinvestasi dalam sektor energi terbarukan dan pembangkit listrik dengan energi bersih.

Baca Juga: Indonesia butuh dana hingga US$ 30 miliar untuk pensiunkan PLTU Batubara

Tujuan yang ingin dicapai perusahaan adalah membuat listrik menjadi lebih terjangkau, andal, mudah diakses, dan berkelanjutan di masa depan.

Arka menjelaskan, untuk mendukung transisi energi, GE Indonesia fokus pada sejumlah teknologi energi terbarukan misalnya angin, surya, hidro, pump storage, Battery Energy Storage System (BESS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Gas/Turbin Gas yang beroperasi dengan gas alam serta memiliki emisi jauh lebih rendah daripada pembangkit listrik tenaga batubara.

Arka menambahkan, GE menyarankan teknologi turbin gas bisa menjadi solusi sementara dari transisi energi ini. Pasalnya, emisi gas turbin jauh lebih rendah dibandingkan pembangkit bertenaga batubara.

Menurut GE, turbin gas yang diaplikasikan pada pembangkit berbahan bakar batubara akan menggunakan turbin uap.

Adapun, teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Gas milik GE Indonesia siap menggunakan hidrogen sehingga membuat pembangkit tanpa emisi. Teknologi gas turbin ini diakui Arka juga bisa menjadi solusi baseload.

Baca Juga: Potensi masih besar, Menteri ESDM undang investor jajaki bisnis EBT

Dari segi biaya, Arka mengatakan, saat ini Levelized Cost of Electricity (LCOE) untuk pembangkit energi terbarukan sudah semakin kompetitif dibandingkan PLTU bertenaga batubara. Dengan catatan, tergantung lokasi dan ukuran.

Dalam beberapa tahun mendatang, seiring dengan diimplementasikannya RUPTL 2021-2030 dan upaya Indonesia mengejar target net zero emission pada 2060, GE Indonesia melihat prospek bisnis renewable energy yang semakin meningkat.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, GE Indonesia juga turut meningkatkan teknologi dan membantu investor lokal untuk investasi di proyek energi terbarukan melalui GE Energy Financial Services.

Selanjutnya: IHSG naik 0,57% ke 6.669 pada perdagangan Selasa (9/11), asing lepas CPRO, MTLA, ASII

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×