kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Eagle High Plantations (BWPT) bidik pendapatan naik dua digit tahun ini


Rabu, 25 Agustus 2021 / 20:03 WIB
Eagle High Plantations (BWPT) bidik pendapatan naik dua digit tahun ini
ILUSTRASI. Eagle High Plantations (BWPT) menargetkan pendapatan naik dua digit tahun ini.


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) pede bisa membukukan pertumbuhan pendapatan double digit pada tahun ini. Optimisme ini berdasar pada tren harga minyak sawit mentah atawa crude palm oil (CPO) yang positif.

Corporate Secretary BWPT Melanie Tantri mengatakan, BWPT optimistis harga  CPO masih akan tetap tinggi pada sepanjang tahun ini. Alasannya, pasokan CPO masih akan tetap terbatas di sisi waktu tahun berjalan ini lantaran persoalan kekurangan tenaga kerja CPO di Malaysia akibat pandemi Covid-19. 

Di sisi lain, permintaan CPO tidak terpengaruh oleh pandemi Covid-19, sebab penggunaannya adalah untuk kebutuhan sehari-hari dalam kehidupan banyak  orang di seluruh dunia. 

“Konsumsi domestik kelapa sawit juga terbantu dengan adanya program biodiesel B30, dengan target 9.2 juta kiloliter penyerapan di tahun 2021,” imbuh Melanie kepada Kontan.co.id, pekan lalu (22/8).

Baca Juga: Ini strategi emiten CPO menghadapi kenaikan harga jual

Saat ini, BWPT menjalankan kegiatan operasional usaha sawit di 3 lokasi, yaitu di Pulau Sumatera,  Kalimantan dan Papua dengan total luas lahan perkebunan yang mencapai 125,000 hektar. Total kapasitas pabrik kelapa sawit (PKS) BWPT berjumlah sebesar 2,5 juta ton TBS per tahun saat ini.

Pada sepanjang paruh pertama tahun ini, BWPT kecipratan berkah pergerakan positif CPO. Berdasarkan catatan internal perusahaan, harga jual rata-rata CPO BWPT di sepanjang semester I 2021 mengalami kenaikan 22% menjadi Rp 9,8 juta ton dibanding periode sama tahun lalu. 

Di tengah kenaikan harga jual rata-rata itu, BWPT juga mencatatkan pertumbuhan volume penjualan CPO sebesar 25% untuk CPO dan 18% untuk inti sawit atawa palm kernel (PK) di sepanjang April-Juni 2021 biola dibandingkan April-Juni tahun 2020 lalu.

Walhasil, pendapatan usaha BWPT mendaki di paruh pertama tahun ini. Mengutip laporan keuangan interim perusahaan yang dirilis pada 9 Agustus 2021 lalu, pendapatan usaha BWPT tumbuh 11,28% secara tahunan alias year-on-year (yoy) dari semula Rp 1,21 triliun di semester I 2020 menjadi Rp 1,35 triliun di semester I 2020. 

Hanya saja, BWPT memang masih membukukan rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias rugi bersih sebesar Rp 1,65 triliun. Angka tersebut lebih besar dibanding rugi bersih semester I 2020 lalu yang hanya mencapai Rp 437,50 miliar.

Melanie bilang, kenaikan pendapatan kala itu didapat seiring upaya konsisten BWPT untuk melakukan optimalisasi dalam implementasi praktek agronomi dan mengalokasikan dana belanja modal atau capital expenditure (capex) untuk menunjang peningkatan produktivitas yang lebih tinggi dan lebih efektif. 

Sementara itu, kenaikan rugi bersih didorong oleh  rugi non-operational dari langkah divestasi beberapa anak perusahaan yang tidak strategis. Mengintip laporan keuangan perusahaan, BWPT memang mencatatkan rugi atas penjualan  anak perusahaan sebesar Rp 1,39 triliun di semester I 2021. Langkah tersebut berdampak pada penurunan kewajiban utang bank.

“Hal ini akan memberikan  kontribusi positif terhadap profitabilitas dan arus kas yang lebih baik. Ke depannya, perseroan  akan tetap berfokus untuk menurunkan kewajiban utang bank dan biaya bunga bank,” imbuh Melanie.

Untuk memacu kinerja, BWPT mencanangkan kenaikan produksi CPO di tahun 2021 ini. Hal ini bakal ditempuh dengan strategi optimalisasi produksi perkebunan pada tahun ini.

Selain itu, BWPT juga akan terus berupaya  menerapkan langkah-langkah operational excellence  dan juga mengalokasikan capex yang dibutuhkan untuk proses peremajaan mesin, kendaraan angkut dan alat alat berat, serta pengelolaan operasional kebun dengan praktik agronomi terbaik yang dikombinasikan dengan inovasi teknologi.

Cara-cara ini diharapkan bisa menghasilkan efektivitas  serta penghematan biaya. “Selanjutnya, harga CPO yang baik, peningkatan curah hujan di tahun  2020, dan nilai aset tanaman yang memasuki usia prima akan meningkatkan neraca keuangan  perseroan,” tambah Melanie.

Pada tahun ini, BWPT menganggarkan capex  sebesar Rp 150 miliar untuk peremajaan mesin, kendaraan angkut dan alat-alat berat yang menunjang produktivitas. Sumber pendanaannya diprioritaskan berasal dari kas internal perusahaan.

Selanjutnya: Harga CPO berfluktuasi, analis ini masih pasang rekomendasi overweight

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×