Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Elnusa Tbk (ELSA) optimistis bisa melanjutkan pertumbuhan kinerja pada tahun 2025. ELSA menargetkan kenaikan pendapatan usaha sekitar 5% dengan pertumbuhan laba bersih pada kisaran 15% dibandingkan tahun lalu.
Manager of Corporate Communications Elnusa Jayanty Oktavia Maulina mengatakan saat ini ELSA masih dalam proses penyusunan laporan keuangan teraudit untuk tahun buku 2024. Jayanty meyakini kinerja ELSA sepanjang tahun lalu bakal tumbuh sesuai target.
"Hal ini didasari atas figure kinerja keuangan kuartal III-2024 yang menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya," kata Jayanty kepada Kontan.co.id, Rabu (5/2).
Sebagai pengingat, pendapatan ELSA hingga kuartal III-2024 tumbuh 7,46% secara tahunan (YoY) dari Rp 8,98 triliun menjadi Rp 9,65 triliun. Sedangkan laba bersih meningkat 35,57% (yoy) dari Rp 406,60 miliar menjadi Rp 551,23 miliar sampai dengan September 2024.
ELSA melihat outlook industri minyak dan gas (migas) akan tumbuh pada tahun 2025, sehingga bisa mengangkat prospek kinerja dari emiten Grup Pertamina ini. Dorongan untuk industri migas dalam negeri datang dari adanya investasi baru dan program pemerintah yang ingin mencapai swasembada energi.
Baca Juga: Elnusa (ELSA) Siap Tingkatkan Kinerja Tahun Ini
ELSA membidik peluang dari target peningkatan lifting minyak pada tahun ini. "ELSA berupaya mendukung program peningkatan lifting minyak dengan fokus mengerjakan beberapa proyek jasa hulu migas seperti survey seismic, project perawatan sumur migas dan workover," terang Jayanty.
Selain itu, ELSA juga akan melanjutkan strategi diversifikasi portofolio bisnis ke segmen non-migas. Terutama dengan menyasar jasa hulu seperti survei seismik pada pertambangan batubara.
Seperti diketahui, pada akhir November 2024 ELSA telah melaksanakan survei seismik perdana di area konsesi tambang batubara PT Wahana Baratama Mining dari Grup Bayan. Langkah ini bertujuan untuk membuka sumber pendapatan baru bagi ELSA.
"Melalui strategi diversifikasi ini, ELSA berkeyakinan dapat meningkatkan kontribusi pendapatan. Hal ini sekaligus memperkuat posisi perusahaan sebagai penyedia jasa energi terintegrasi yang adaptif dan berdaya saing," imbuh Jayanty.
Guna menopang kinerja bisnis di segmen migas dan non-migas, ELSA pun meningkatkan anggaran belanja modal (capital expenditure/capex) pada tahun 2025. Jayanty bilang, anggaran capex ELSA akan tumbuh 10% dibandingkan target tahun lalu.
Capex ELSA untuk tahun ini akan difokuskan sebagai rencana investasi pada lima segmen utama. Meliputi operasional hulu migas, penunjang hulu, distribusi dan logistik energi, pengembangan bisnis baru, serta berbagai proyek non-produksi.
Sebagian besar investasi atau 44% dari total anggaran akan dipakai untuk memperkuat kegiatan operasional hulu migas. Sekitar 37% difokuskan pada segmen distribusi dan logistik energi. Sementara sisanya akan dialokasikan ke bisnis baru, penunjang hulu, dan proyek-proyek non-produksi.
Sebagai perbandingan, ELSA menyiapkan capex hingga Rp 526 miliar sepanjang tahun 2024. Jayanty memberikan gambaran, realisasi capex ELSA mendekati 95% dari target tahun lalu.
Investment Analyst Stockbit Hendriko Gani memproyeksikan laba inti (core profit) ELSA akan tumbuh 23,8% pada tahun 2025. Sementara estimasi untuk setahun penuh 2024 tumbuh 23,4%.
Pertumbuhan laba inti ELSA didorong oleh tiga faktor. Pertama, peningkatan investasi dan kegiatan pada sektor hulu migas. Kondisi ini diproyeksikan bisa meningkatkan pendapatan segmen hulu migas ELSA sebesar 12,8% (yoy) pada 2024 dan 10,3% pada 2025.
Kedua, penurunan beban bunga pada 2025, seiring penurunan suku bunga dan pelunasan utang sukuk.
Ketiga, peningkatan penyaluran Bahan Bakar Minyak (BBM) yang bisa menguatkan kembali pendapatan segmen distribusi dan logistik energi ELSA dengan proyeksi pertumbuhan 22% (yoy) pada 2025.
Di sisi lain, Hendriko menaksir ELSA berpotensi memberikan dividend yield sekitar 8%-9% dalam beberapa tahun ke depan.
"Dengan kebutuhan capex yang tidak terlalu besar dan balance sheet yang semakin kuat, kami menilai ELSA dapat konsisten membagikan dividend payout ratio sebesar 40% untuk tahun buku 2024 dan 2025," kata Hendriko dalam riset yang dirilis pada 24 Januari 2025.
Research Analyst Lotus Andalan Sekuritas Muhammad Thoriq Fadilla melihat potensi ELSA untuk meraup peluang dari peningkatan target produksi migas nasional. Namun, Thoriq mengingatkan untuk tetap memperhatikan faktor ketidakpastian ekonomi global maupun domestik yang dikhawatirkan dapat mengganggu produksi migas.
Selain itu, cermati faktor pelemahan kurs rupiah serta potensi peningkatan biaya produksi yang bisa menekan keuntungan.
Sedangkan Investment Analyst Edvisor Profina Visindo Ahmad Iqbal Suyudi menyoroti strategi diversifikasi ELSA.
Baca Juga: Elnusa Petrofin Siap Dukung Kelancaran Distribusi Energi Selama Nataru 2024/2025
Iqbal melihat pengembangan bisnis di sektor non-migas bisa membawa kontribusi positif terhadap pendapatan ELSA. Apalagi untuk segmen komoditas batubara yang masih memiliki prospek menarik di Indonesia.
Dari sisi pergerakan saham, ELSA menutup perdagangan Rabu (5/2) dengan pelemahan 1,33% ke posisi Rp 444 per saham. Secara teknikal, Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova melihat ELSA berada dalam tren melemah dalam timeframe jangka menengah.
Namun untuk jangka pendek ada potensi menguat hingga ke area Rp 470 - Rp 484, asalkan masih bergerak di atas level Rp 432 sebagai support. Ivan pun menyarankan buy on weakness saham ELSA.
Thoriq juga merekomendasikan buy on weakness ELSA pada area Rp 436 - Rp 440, untuk target harga Rp 458 - Rp 476 dengan posisi stoploss di Rp 420. Sedangkan Iqbal menyarankan untuk mencermati support di Rp 426 - Rp 430 dengan resistance di Rp 470 - Rp 480 per saham.
Selanjutnya: BFI Finance: Pelemahan Rupiah Tak Dorong Lonjakan Permintaan Alat Berat Merek China
Menarik Dibaca: Cara Pengajuan KUR BRI 2025 dan Syarat Memperolehnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News