Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tiga emiten pelat merah yang bergerak di sektor tambang dan energi mencatatkan penurunan kinerja selama tahun 2023 jika dibandingkan tahun 2022. Mereka adalah PT Timah Tbk (TINS), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA).
Bila melansir laporan keuangan tahunan, TINS mengalami kerugian hingga Rp 449,67 miliar per 31 Desember 2023, dibandingkan pada tahun 2022 yang justru membukukan laba sebesar Rp 1,041 triliun.
ANTM di satu sisi mencatatkan laba bersih senilai Rp 3,077 triliun, turun 19,45% jika dibandingkan laba sepanjang 2022 lalu senilai Rp 3,82 triliun. Sedangkan di sektor batu bara, PTBA mencatatkan laba bersih sebesar Rp 6,3 triliun atau turun 50,7% jika dibandingkan dengan laba 2022 yang senilai Rp 12,78 triliun.
Terkait hal ini, pengamat energi Komaidi Notonegoro mengatakan penurunan kinerja serempak dari ketiga BUMN sektor tambang dan energi ini terjadi karena harga komoditas yang cenderung lebih rendah dibanding tahun 2022.
Baca Juga: Kejagung Didesak Optimalkan Asset Recovery dalam Penanganan Kasus Korupsi Timah
“Secara keseluruhan di sektor tambang memang tahun 2023 relatif ada slowdown kalau kita bicara sektor harganya, tidak sebesar di tahun 2022," ungkap dia saat dihubungi Kontan, Minggu (31/3).
"Baik di energi maupun basisnya mineral, untuk batubara saya kira puncaknya di 2022 yang mencatatkan beberapa rekor, untuk 2023 cenderung lebih rendah meskipun dibandingkan harga rata-rata tetap besar, tapi dari historis batu bara di tahun 2022 itu sejarah baru ya dimana harganya mencapai level tertinggi, begitu juga dengan mineral,” jelasnya.
Ia menambahkan, jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya apalagi tahun-tahun sebelum Covid-19, capaiannya di sektor energi menurut dia sama dengan capaian di tahun 2023.
“Dalam arti nilai pembukuannya relatif tidak mengalami penurunan signifikan. Tapi kalau dibandingkan dengan 2022, memang itu pencatatan sejarah dalam level harga komoditas baik energi dan mineral. Tapi kalau capaian tahun ini relatif normal,” tambahnya.
Untuk menyiasati penurunan harga komoditas di tahun ini yang akhirnya mengarah pada kerugian, Komaidi mengatakan emiten-emiten untuk melakukan atau menerapkan hilirisasi.
“Artinya, kalau memang ingin strateginya baik, misalnya di harga tidak sesuai ekspektasi, saya rasa hilirisasi adalah solusinya. Karena kemudian, bisa meningkatkan nilai tambah, termasuk untuk emiten-emiten BUMN yang bergerak di bidang tambang dan energi,” jelasnya.
Di sisi lain, Dilo Seno Widagdo selaku Direktur Portofolio dan Pengembangan Usaha dari holding BUMN bidang tambang dan energi, yaitu MIND ID mengatakan hal serupa, bahwa penurunan ini adalah efek dari rendahnya harga komoditas.
Baca Juga: Industri dan Perdagangan Bintraco Dharma (CARS) Siap Pacu Penjualan Mobil Baru
“Tapi faktor harga sangat berpengaruh pada bisnis, khususnya timah, dan maraknya illegal mining membuat produksi timah berat,” ungkapkan saat dihubungi Kontan, Minggu (31/03).
Meski begitu, ia menambahkan, pihaknya tetap optimis dan masih memperkirakan Mind ID grup di tahun 2024 ini dapat terus bertumbuh.
“Secara Konsolidasi Mind ID tetap untung, kami optimis dan memperkirakan akan terus bertumbuh,” tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News