kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Fintech sambut tim pengarahan dewan nasional


Rabu, 24 Agustus 2016 / 10:52 WIB
Fintech sambut tim pengarahan dewan nasional


Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Rencana pemerintah membentuk Tim Pengarah Dewan Nasional Keuangan Inklusif (financial inclusion) memberikan angin segar kepada industri teknologi keuangan (fintech) di tanah air. Sebab, keberadaan produk dan layanan fintech akan memberikan kemudahan bagi lebih banyak masyarakat Indonesia untuk mengakses produk-produk keuangan.

Kepala Badan Teknologi Startup, Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) Patrick Walujo mengatakan, salah satu kunci utama meningkatkan keuangan inklusif adalah perluasan akses ke lembaga keuangan. Perkembangan fintech misalnya, membuat lembaga keuangan lebih mudah dijangkau masyarakat karena relatif tidak terkendala infrastruktur.

Selain itu, edukasi mengenai produk keuangan menjadi lebih menarik dan mudah dipahami. Fintech menyediakan data analitik yang memberi kekayaan informasi untuk menyusun produk yang tepat ke target yang tepat. “Yang paling penting adalah produk bisa relevan dengan kebutuhan masyarakat banyak," ujar Patrick dalam keterangan tertulis yang diterima KONTAN, kemarin (23/8).

Posisi Indeks Keuangan Inklusif (IKI) Indonesia pada 2014 adalah sebesar 36%. Terhitung masih di bawah IKI beberapa negara ASEAN seperti Thailand (78%) dan Malaysia (81%). Meskipun demikian, masih lebih besar jika dibandingkan Filipina (31%) dan Vietnam (31%).

Implementasi Strategi Nasional Keuangan Inklusif dengan kelembagaan yang kuat diharapkan dapat meningkatkan persentase akses layanan keuangan pada lembaga keuangan formal sebesar 75% pada akhir 2019.

“Keseriusan pemerintah dalam menghadirkan regulasi yang dapat menggairahkan industri fintech akan menjadi langkah strategis untuk mencapai tujuan keuangan inklusif tersebut,” jelas pria yang juga merupakan Co-Founder dan Managing Partner dari Northstar Group itu.

Perkembangan teknologi secara umum pun dianggap turut membantu peningkatan keuangan inklusif masyarakat, seperti misalnya yang terjadi pada GO-JEK. Perusahaan yang telah memiliki lebih dari 200.000 mitra driver ojek itu telah mengenalkan produk perbankan kepada seluruh mitranya.

“Seluruh mitra driver kami pasti memiliki akun di bank sebagai sarana pembayaran penghasilannya. Kami juga menyediakan asuransi kesehatan bagi mitra driver dan keluarganya dengan premi yang sangat terjangkau," terang Nadiem Makarim, Co-Founder dan CEO GO-JEK dalam keterangan yang sama.

Nadiem menyatakan banyak dari mitra GoJek yang baru pertama kali bisa mengakses produk-produk keuangan. Untuk itu, hal tersebut merupakan tahap awal, karena masih banyak lagi pengembangan teknologi yang akan dilakukan. Pihaknya berharap, bisa membantu pemerintah mendorong implementasi inklusi finansial kepada lebih banyak masyarakat Indonesia.

Akses kepada produk keuangan juga semakin meningkat dengan kehadiran GO-PAY. Layanan yang baru diluncurkan pada April 2016 itu, kini sudah berhasil menjadi solusi e-wallet dengan pertumbuhan yang cepat di Indonesia. Nadiem menjelaskan penetrasi kartu kredit di Indonesia di bawah 2%.

Hal itu menggambarkan pembayaran online yang masih tergolong baru. Itulah sebabnya, katanya, GO-PAY berperan penting untuk menghadirkan pengalaman transaksi online yang mulus di aplikasi GO-JEK.

"GO-JEK dan GO-PAY juga terus dikembangkan untuk dapat melayani pasar pengguna e-wallet dari pengguna internet yang terus tumbuh,” ujar Nadiem.

Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk Kartiko Wirjoatmodjo mengutarakan, bahwa mayoritas pendanaan di MCI akan dialokasikan ke fintech. “Sebanyak 80 persen pendanaan akan digunakan untuk fintech. Sebab, pihaknya meyakini, nantinya e-commerce akan menjadi industri unggulan di Indonesia.

Sehingga akan dibutuhkan sistem pembayaran universal. "Fokus untuk mendukung fintech akan menjadi langkah strategis memenangkan kompetisi di sektor pembayaran digital,” ujarnya Kartiko.

Sebagai salah satu langkah untuk mengembangkan fintech, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan Kamar Dagang Indonesia (KADIN) mengadakan Indonesia Fintech Festival and Conference (IFFC) 2016. Kegiatan akbar ini ditujukan untuk menjembatani semua pemangku kepentingan di industri fintech, mulai dari regulator, institusi keuangan swasta, investor, startup, inkubator, asosiasi industri dan juga dari kalangan akademis.

IFFC akan diadakan pada 29-30 Agustus 2016 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Tangerang. Sebagai catatan, sejumlah nama besar akan hadir sebagai pembicara, termasuk Direktur Utama Bank Mandiri Kartiko Wirjoatmodjo, Wakil Presiden Direktur BCA Armand Hartono, Direktur Utama Bank BRI Asmawi Syam, CEO dan Co-Founder GO-JEK Nadiem Makarim, CEO Tokopedia Wiliam Tanuwidjaja, Presiden Direktur Bank BTPN Jerry NG, Managing Director and Group Head Consumer Banking and Wealth Management DBS Bank Tan Su Shan, beberapa yang lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×