kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.455.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

GMT andalkan alat berat China


Kamis, 21 Februari 2013 / 21:27 WIB
GMT andalkan alat berat China
ILUSTRASI. Jadwal pertandingan PUBG Mobile PMPL SEA Season 4 Weekdays, Super Week, hingga Final


Reporter: Cindy Silviana Sukma | Editor: Markus Sumartomjon

JAKARTA. Meski secara kualitas masih kalah dengan alat berat buatan Amerika, Eropa atau Jepang, justru PT Gaya Makmur Tractors (GMT), salah satu distributor alat berat,  sangat mengandalkan produk alat berat asal China.

Tahun lalu, dari sekitar 400 alat berat yang berhasil GMT jual, sebagian besar berasal dari alat  berat China. Misalnya, alat berat XCMG untuk tipe mesin derek (crane), ekskavator dan motor grader mampu terjual 160 unit atau memakan porsi 40% dari total penjualan GMT.

Ini belum termasuk penjuaalan alat berat merek China yang lain seperti Shanui dan Foton yang menyumbang 25% dari total penjualan.

Sisanya baru berasal dari alat  berat asal Jerman  keluaran Wirtgen Group, seperti  Wirtgen, Vogele, Hamm, dan Sennebogen. Produk ini menyumbang 25% dari total penjualan GMT.

Menurut Presiden Direktur GMT Tjandi Mulyono, banyak konsumen membeli alat berat Cina karena lebih murah ketimbang merek Jepang maupun Jerman. Alat berat China lebih murah 35%-65% dari produk Eropa namun kualitasnya 80% - 90% dari alat berat Jepang. "Bagi pelanggan ini menguntungkan," ujarnya kepada KONTAN (20/2).

Asal tahu saja, harga alat berat derek  asal Jepang sekitar Rp 500 juta - 600 juta per unit. Tapi untuk produk sejenis dari China cuma berbanderol sekitar Rp 200 juta.

Namun ia mengakui, alat berat China umumnya gampang rusak dan sulit untuk mendapatkan suku cadang. Ia mengatakan, sepertinya produsen alat berat dari China lebih mengutamakan penjualan alat beratnya bukan ketersediaan sukucadangnya.

GMT sendiri terus berusaha untuk mengatasi masalah ketersediaan sukucadang ini. Untuk memperpendek waktu penyediaan, Tjandi bilang, tidak jarang pihaknya menyediakannya dengan membongkar unit yang baru. Ia bilang, lewat cara ini, pelanggan GMT tetap setia. Tercatat beberapa perusahaan sudah memakai alat berat GMT, diantaranya   Wijaya Karya, Pertamina, Total, dan beberapa perusahaan minyak dan gas lain.   

Tahun lalu, GMT berhasil meraup omzet Rp 300 miliar dan laba bersih sebesar Rp 75 miliar. Untuk tahun ini, GMT menargetkan bisa menjual sebanyak 500 unit alat berat dengan omzet naik 30%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Distribution Planning (SCMDP) Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×