kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Harga ayam DOC turun 48,57%


Jumat, 19 Juli 2013 / 08:38 WIB
Harga ayam DOC turun 48,57%
ILUSTRASI. Membaca buku adalah salah satu kebiasaan yang bisa membuat Anda semakin pintar.


Reporter: Fitri Nur Arifenie, Maria Elga Ratri | Editor: Fitri Arifenie

JAKARTA. Setelah sempat menikmati harga tinggi, kini produsen bibit ayam atawa day old chicken (DOC) harus gigit jari. Pasalnya sejak awal pekan ini harga DOC terus anjlok.


Eko Putro Sandjojo, Wakil Direktur Utama PT Sierad Produce mengatakan, pekan lalu harga DOC masih setinggi Rp 7.000 per ekor. Tetapi minggu ini terus merosot. Harga DOC di hari Senin (15/7) turun menjadi Rp 6.000 per ekor dan Kamis (18/7) harga DOC anjlok ke level Rp 3.600 per ekor atau mengalami penurunan 48,57% dalam satu minggu. Eko mengaku, perusahaannya bisa merugi karena penurunan tersebut. "Harga DOC kan naik turun yang menentukan bukan kita," kata Eko kepada KONTAN.


Eko belum bisa meyebutkan berapa potensi kerugian akibat penurunan harga DOC ini. Yang pasti, untuk mengantisipasi anjloknya harga DOC ini, Sierad Produce akan menaikan kontribusi pendapatan dari sektor lain yakni consumer goods.


Penurunan harga bibit ayam ini, kata Eko tak lepas dari faktor permintaan dan pasokan. Sesuai siklusnya, harga bibit ayam akan tinggi menjelang Ramadan karena permintaan naik. Sementara dari sisi pakan, semestinya harga DOC justru harus naik. Soalnya, harga pakan tinggi menyebabkan biaya pemeliharaan bengkak. Sebelumnya, biaya pemeliharaan hanya Rp 2.500 hingga Rp 3.000 per ekor. Ketika harga pakan tinggi, biaya pemeliharaan DOC naik menjadi Rp 3.500 sampai Rp 4.000 per ekor.


Hal senada dikemukakan Don Utoyo, Ketua Federasi Masyarakat Perunggasan Indonesia (FMPI). Ia juga mengatakan, penurununan harga DOC tersebut karena permintaan turun 15% hingga 25%. "Sementara suplai terus membesar," kata Don.


Namun, Ade M. Zulkarnaen, Ketua Umum Himpunan Pengusaha Unggas Seluruh Indonesia (Himpuli) bilang harga DOC broiler juga dipengaruhi faktor impor. "Sumber bibit atau grand parent stock-nya masih impor dari Amerika," kata dia.


Daging ayam ikut turun


Turunnya harga bibit ayam tentunya bakal berdampak terhadap harga ayam. Per tanggal 17 Juli, kata Don, harga ayam hidup turun Rp 2.500 menjadi Rp 19.000 sampai Rp 20.000 per kg. Sayangnya, penurunan harga ayam hidup belum dibarengi dengan harga daging ayam di pasar.


Menurut Don, pedagang pengecer ayam potong masih menjual daging ayam sampai Rp 36.000 per kg. Idealnya, harga daging ayam dijual Rp 32.000 per kg. "Spekulasi memanfaatkan momen seperti ini dengan ambil untung besar," katanya.


Sementara itu, Syukur Iwantoro, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementrian Pertanian mengaku sudah melakukan pertemuan dengan beberapa asosiasi peternak ayam. Syukur menjelaskan, dalam pertemuan tersebut, peternak sudah sepakat untuk tidak mengambil margin tinggi. "Harga ayam perlahan sudah mulai turun," kata Syukur.


Ada alasan kenapa peternak mengambil margin tinggi. Sebelumnya peternak merugi karena harga ayam jatuh. Selama ini, harga ayam tinggi ketika mendekati perayaan tertentu. Ketika permintaan turun, peternak cenderung untuk menjual murah harga ayam. Bahkan beberapa peternak terpaksa harus menjual di bawah biaya produksi.


Solusinya, pemerintah pusat akan bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk mensosialisaskan sehatnya mengkonsumsi ayam beku. "Kecenderungan masyarakat kita menyukai ayam segar, padahal mengkonsumsi ayam beku juga bagus untuk kesehatan," katanya. Dengan begini, diharapkan permintaan ayam akan cenderung stabil dan tidak berfluktuasi terlalu tajam. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×