kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Harga daging sapi stagnan dua pekan jelang Ramadan


Senin, 23 Mei 2016 / 10:14 WIB
Harga daging sapi stagnan dua pekan jelang Ramadan


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Dua pekan menjelang Ramadan, harga daging sapi tetap bertahan di posisi Rp 112.000 per kilogram (kg). Padahal akhir bulan lalu,  Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjanjikan bahwa harga daging sapi turun menjadi 
Rp 80.000 per kg. 

Berdasarkan data survei pasar Kementerian Perdagangan (Kemdag) per Jumat 20 Mei 2016, harga daging sapi tingkat nasional rata-rata 
Rp 112.880 per kg. Posisi tersebut stagnan sejak awal Mei.

Pemerintah pun dianggap gagal mengendalikan harga daging sapi. Sebab seluruh jurus dan amunisi yang dilakukan tak mampu membuat harga daging sapi melandai.

Teguh Boediana, Ketua Umum Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) mengatakan, kegagalan pemerintah menekan harga daging sapi di pasaran saat ini merupakan cermin dari gagalnya program swasembada daging sapi yang diusung sejak 2014 lalu. 

"Harga daging sapi saat ini sudah menjadi realitas pasar bahwa suplai memang kurang sehingga harga tetap tinggi," ujar Teguh kepada KONTAN, Minggu (22/5).

Sebelumnya, pemerintah sejak awal tahun ini bermimpi untuk menyediakan daging sapi yang harganya terjangkau di masyarakat. 

Caranya, Pertama, mendatangkan sapi dari Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk memenuhi kebutuhan daging sapi di Jabodetabek, namun gagal karena pasokan yang tak kontinyu. 

Kedua, menggelar operasi pasar daging sapi oleh PT Berdikari dan Perum Bulog. Namun, lagi-lagi cara ini gagal karena pasokan daging milik dua perusahaan BUMN tersebut terbatas.

Ketiga, upaya mengandalkan Toko Tani Indonesia (TTI) juga tetap tak mampu menekan harga daging sapi karena penyebaran lokasi TTI yang tak merata dan sulit di akses oleh penduduk yang tinggal di pelosok. 

Teguh menilai, menekan harga daging sapi hingga 
Rp 80.000 per kg akan sulit dilakukan selama harga daging sapi nasional berpatokan pada harga sapi impor. 

Padahal, impor hanya memenuhi 45% dari kebutuhan nasional. "Solusi yang paling jitu untuk menekan harga daging sapi adalah pemerintah memberikan subsidi kepada masyarakat," ujar Teguh.

Ketua Komite Daging Sapi Jakarta Raya Sarman Simanjorang mengatakan mahal harga daging sapi terjadi karena pemerintah tidak dapat meyakinkan pasar kalau pasokan daging sapi tercukupi. 

Meski sudah dicap gagal, namun Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan (Kemdag) Srie Agustina mengaku akan terus berupaya menekan harga daging sapi sebelum bulan Ramadan tiba dengan menugaskan Berdikari impor daging sapi 10.000 ton dalam waktu dekat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×